Selasa, 23 Juni 2015

SAP Gigantisme

Posted by Khoirul Zed | 17.02 Categories:
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                                       : Penyakit Gigantisme
Latar belakang                          : Sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa). Dari pernyataan tersebut, maka dirasa perlu dilakukan penyuluhan agar masyarakat mengetahui bagaimana pencegahan gigantisme
Sub Pokok Bahasan                : Pengertian Penyakit Gigantisme
Penyebab Penyakit Gigantisme
Patofisiologi Gigantisme
Gejala Penyakit Gigantisme
Pencegahan Penyakit Gigantisme
Sasaran                                    : Masyarakat Desa Suka Sehat
Hari/tanggal                            : Minggu, 31 Mei 2015
Waktu                                     : 09.00 - Selesai
Tempat                                    :Balai Desa Suka Sehat





I.       TIU ( Tujuan Instruksional Umum )
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan mampu memahami serta dapat menjelaskan tentang penyakit Gigantisme.

II.    TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
No.
TIK
Materi
Media
Metode
Evaluasi

1.




2.





3.







4.




5.

Dapat Mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang penyakit Gigantisme

Dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Gigantisme


Dapat Mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit Gigantisme


Dapat menyebutkan gejala dari penyakit Gigantisme

Mengetahui dan memahami serta menjelaskan pencegahan penyakit Gigantisme

Pengertian  penyakit




Penyebab penyakit




Patofisiologi penyakit





Gejala penyakit



Pencegahan penyakit





Leaflet











LCD, Laptop, dan layar LCD









                   










Ceramah dan Tanya jawab

Masyarakat mengetahui penyakit Gigantisme


Masyarakat dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Gigantisme

Masyarakat mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit Gigantisme

Masyarakat dapat menyebutkan gejala dari penyakit Gigantisme

Masyarakat Mengetahui dan menjelaskan pencegahan penyakit Gigantisme

III.       KEGIATAN
No.
Kegiatan
Waktu
Penyaji
Sasaran
1.
Pembukaan dan perkenalan penyuluh
5 menit
·   Memberi salam

·   Memperkenalkan diri dan penyuluh

·   Menjelaskan tujuan penyuluhan

·   Membuat kontrak waktu
·         Menjawab salam

·         Peserta penyuluhan dapat mendengarkan dan memperhatikan materi yang diberikan.
2.
Penyajian materi dan Tanya jawab
30 menit
Menjelaskan tentang :
·   Pengertian  penyakit

·   Penyebab penyakit

·   Patofisiologi penyakit

·   Gejala penyakit

·   Pencegahan penyakit

·      Masyarakat dapat mendengarkan dan memahami, serta dapat menjelaskan dengan baik materi yang disampaikan

·      Masyarakat aktif dalam sesi Tanya jawab
3.
Penutup
10 menit
·   Menyimpulkan materi yang disampaikan

·   Menjelaskan kembali hal-hal yang tidak di mengerti dari penjelasan

·   Penyaji mengucapkan terimakasih dan salam penutup

·      Mendengarkan dan memahami

·      Menjawab salam

IV.       PENGORGANISASIAN
1.      Penyaji         : Apria Syahnida Fadmi
Tugas            : Menyampaikan materi penyuluhan

2.      Moderator    : Nani Novira
Tugas            : Memandu jalannya Penyuluhan Kesehatan

3.      Notulen        : Noor Suci Islamiyah
Tugas            : Membantu penyaji menampung pertanyaan dan menyimpulkan hasil
Penyuluhan Kesehatan
4.      Anggota       :  Muhammad Khoirul Zed, Dedi Wahyudi, Ira Irlinda, Merdekawati Noor, Hero Deswanto, Muhammad Harimansyah
Tugas            : Membagikan Leaflet kepada peserta penyuluhan kesehatan


V.          MATERI PENYULUHAN
Gigantisme

1.      Definisi Gigantisme
Gigantisme merupakan penyakit yang  terjadi oleh karena produksi hormon pertumbuhan yang berlebih pada waktu discus epiphysealis belum menutup. Gigantisme juga dapat disebabkan oleh adanya tumor sel hormone pertumbuhan sel asidofilik pada kelenjar hipofisis anterior. Akibatnya semua jaringan tubuh tumbuh dengan cepat. Penderita gigantisme dapat memiliki tinggi mencapai 8 sampai 9 kaki. Penderita gigantisme apabila tidak diobati akhirnya akan berubah menjadi hipopituitarisme. Hal ini disebabkan karena tumor kelenjar hipofisis tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak dan bisa berdampak pada kematian pada permulaan masa dewasa. Sebagai tindakan penanganan apabila gigantisme sekali telah didiagnosis, maka dapat dihambat perkembangannya dengan bedah mikro atau radiasi kelenjar.

2.      Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan hormon berlebihan
Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a.         GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
b.        GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipotalamus.
c.         GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang mensekresi HP atau GHRH.





3.      Patofisiologi
   Sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendir.
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
o   Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic Production Of GH
 Pathway




















4.      Gejala
Pada penderita gigantisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal. Masa pubertas tertunda dan alat kelamin pada laki-laki maupun pada perempuan pun tidak dapat tumbuh atau berkembang secara sempurna. (Price,2005)
·           Akibat pada tulang (Skelet).
a.         Gigantisme.
b.        Frontal Bossing.
c.         Kiposis, Ostopenia.
d.        Artropi.
e.         Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan.

·           Akibat pada jaringan lunak.
a.         Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga.
b.        Pembesaran tangan dan kaki.
c.         Kulit tebal, basah, dan berminyak.
d.        Lipatan kulit kasar, skin tag.
e.         Acanthosis nigricans.
f.         Hipertrikosis.
g.        Suara parau.

·           Akibat pada proses metabolisme
a.         Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus.
b.        Hiperfosfatemia.
c.         Hiperlipidemia.
d.        Hiperkalsemia.

·           Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun) merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan pada decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal yang melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing, Pembesaran tangan dan kaki, dll.
Tanda dan gejala lain adalah:
1.        Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun. Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2.        Gambarang tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak, sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.
3.        Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit. Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
4.        Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme).
5.        Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
6.        Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7.        Ditemukan nyeri sendi.
8.        Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang membesar dapat menekan persyarafan.
9.        Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang sebelah luar.
10.    Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.

5.      Pencegahan
5.1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko Gigantisme bagi individu yang belum ataupun mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat dan promosi kesehatan (Health Promotion)

5.2.      Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).
a.       Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita Gigantisme sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi klinik meliputi anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan, misalnya rontgen tengkorak untuk melihat penebalan tulang, CT scan otak laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan menunjang diagnosis gigantisme dan akromegali, Tes toleransi glukosa dan Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.
b.      Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
Tujuan pengobatan adalah:
1.         Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C.
2.         Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor.
3.         Menormalkan fungsi hipofisis.
4.         Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.

Terapi Pembedahan pada Akromegali dan Gigantisme
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1.         Terapi pembedahan.
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
a.         Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial).
b.        Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.

2.         Terapi radiasi.
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a.         Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD).
b.        Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD).

3.         Terapi medikamentosa.
  Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a.         Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
·           Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
·           Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b.        Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberian melalui subkutan.
Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
·           Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
·           Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
·           Penyusunan tumor
·           Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.

5.3.     Pencegahan Tertier
a.         Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan mental akibat tekanan yang dialami penderita Gigantisme terhadap masalah yang dihadapi.
b.        Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit agar tidak mengalami gangguan ketika kembali ke masyarakat.


0 komentar:

Posting Komentar