SATUAN
ACARA PENYULUHAN
Topik : Penyakit
Gigantisme
Latar belakang : Sel asidofilik, sel
pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat
aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini
mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya,
seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada
Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat
(seperti raksasa). Dari pernyataan tersebut, maka dirasa perlu dilakukan
penyuluhan agar masyarakat mengetahui bagaimana pencegahan gigantisme
Sub Pokok Bahasan : Pengertian Penyakit Gigantisme
Penyebab
Penyakit Gigantisme
Patofisiologi
Gigantisme
Gejala
Penyakit Gigantisme
Pencegahan
Penyakit Gigantisme
Sasaran : Masyarakat
Desa Suka Sehat
Hari/tanggal :
Minggu, 31 Mei 2015
Waktu : 09.00 -
Selesai
Tempat :Balai Desa Suka Sehat
I. TIU
( Tujuan Instruksional Umum )
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat
diharapkan dapat mengetahui dan mampu memahami serta dapat menjelaskan tentang penyakit
Gigantisme.
II. TIK
(Tujuan Instruksional Khusus)
No.
|
TIK
|
Materi
|
Media
|
Metode
|
Evaluasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Dapat
Mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang penyakit Gigantisme
Dapat
menyebutkan penyebab dari penyakit Gigantisme
Dapat
Mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit Gigantisme
Dapat
menyebutkan gejala dari penyakit Gigantisme
Mengetahui
dan memahami serta menjelaskan pencegahan penyakit Gigantisme
|
Pengertian penyakit
Penyebab
penyakit
Patofisiologi
penyakit
Gejala
penyakit
Pencegahan
penyakit
|
Leaflet
LCD,
Laptop, dan layar LCD
|
Ceramah
dan Tanya jawab
|
Masyarakat
mengetahui penyakit Gigantisme
Masyarakat
dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Gigantisme
Masyarakat
mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit Gigantisme
Masyarakat
dapat menyebutkan gejala dari penyakit Gigantisme
Masyarakat
Mengetahui dan menjelaskan pencegahan penyakit Gigantisme
|
III. KEGIATAN
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
|
Penyaji
|
Sasaran
|
1.
|
Pembukaan
dan perkenalan penyuluh
|
5
menit
|
· Memberi
salam
· Memperkenalkan
diri dan penyuluh
· Menjelaskan
tujuan penyuluhan
· Membuat
kontrak waktu
|
·
Menjawab salam
·
Peserta penyuluhan dapat
mendengarkan dan memperhatikan materi yang diberikan.
|
2.
|
Penyajian
materi dan Tanya jawab
|
30 menit
|
Menjelaskan tentang :
· Pengertian penyakit
· Penyebab
penyakit
· Patofisiologi
penyakit
· Gejala
penyakit
· Pencegahan
penyakit
|
· Masyarakat
dapat mendengarkan dan memahami, serta dapat menjelaskan dengan baik materi
yang disampaikan
· Masyarakat
aktif dalam sesi Tanya jawab
|
3.
|
Penutup
|
10 menit
|
· Menyimpulkan
materi yang disampaikan
· Menjelaskan
kembali hal-hal yang tidak di mengerti dari penjelasan
· Penyaji
mengucapkan terimakasih dan salam penutup
|
· Mendengarkan
dan memahami
· Menjawab
salam
|
IV. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Apria Syahnida Fadmi
Tugas :
Menyampaikan materi penyuluhan
2. Moderator : Nani Novira
Tugas :
Memandu jalannya Penyuluhan Kesehatan
3. Notulen : Noor Suci Islamiyah
Tugas : Membantu penyaji menampung
pertanyaan dan menyimpulkan hasil
Penyuluhan Kesehatan
4.
Anggota : Muhammad Khoirul Zed, Dedi Wahyudi, Ira
Irlinda, Merdekawati Noor, Hero Deswanto, Muhammad Harimansyah
Tugas : Membagikan Leaflet kepada peserta penyuluhan kesehatan
V.
MATERI PENYULUHAN
Gigantisme
1.
Definisi
Gigantisme
Gigantisme merupakan penyakit yang terjadi oleh karena produksi hormon
pertumbuhan yang berlebih pada waktu discus epiphysealis belum menutup.
Gigantisme juga dapat disebabkan oleh adanya tumor sel hormone pertumbuhan sel
asidofilik pada kelenjar hipofisis anterior. Akibatnya semua jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat. Penderita gigantisme dapat memiliki tinggi mencapai 8
sampai 9 kaki. Penderita gigantisme apabila tidak diobati akhirnya akan berubah
menjadi hipopituitarisme. Hal ini disebabkan karena tumor kelenjar hipofisis
tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak dan bisa berdampak pada kematian
pada permulaan masa dewasa. Sebagai tindakan penanganan apabila gigantisme
sekali telah didiagnosis, maka dapat dihambat perkembangannya dengan bedah
mikro atau radiasi kelenjar.
2.
Etiologi
Pelepasan
hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise
jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada
pelepasan hormon berlebihan
Penyebab
gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a.
GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau
Hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
b.
GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan
oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipotalamus.
c.
GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik
(paru, pancreas, dll) yang mensekresi HP atau GHRH.
3.
Patofisiologi
Sel asidofilik, sel
pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat
aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan
sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan
tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini
terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu
dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti
raksasa).
Biasanya
penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena
produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan
tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa
yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas
menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut
berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita
Diabetes Melitus.
Pada sebagian
besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila
Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya
tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu
sendir.
Melihat besarnya
tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro adenoma
dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau diameternya
lebih dari 10 mm.
Adenoma
hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap
lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris
migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
o
Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH
(Growth Hormone Realising Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara
klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh
karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan
histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma.
Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated
Ectopic Production Of GH

4. Gejala
Pada penderita
gigantisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan
abnormal. Masa pubertas tertunda dan alat kelamin pada laki-laki maupun pada
perempuan pun tidak dapat tumbuh atau berkembang secara sempurna. (Price,2005)
·
Akibat pada tulang (Skelet).
a.
Gigantisme.
b.
Frontal Bossing.
c.
Kiposis, Ostopenia.
d.
Artropi.
e.
Pertumbuhan tulang ekstremitas
berlebihan.
·
Akibat pada jaringan lunak.
a.
Pelebaran dan penebalan hidung, lidah,
bibir, dan telinga.
b.
Pembesaran tangan dan kaki.
c.
Kulit tebal, basah, dan berminyak.
d.
Lipatan kulit kasar, skin tag.
e.
Acanthosis nigricans.
f.
Hipertrikosis.
g.
Suara parau.
·
Akibat pada proses metabolisme
a.
Gangguan toleransi glukosa/diabetes
melitus.
b.
Hiperfosfatemia.
c.
Hiperlipidemia.
d.
Hiperkalsemia.
·
Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering
terjadi pada usia antara decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua
(usia 5 tahun) merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat.
Sedangkan pada decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal
yang melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing,
Pembesaran tangan dan kaki, dll.
Tanda dan gejala
lain adalah:
1.
Pelepasan hormon pertumbuhan yang
berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun. Karena itu tulang mengalami kelainan
bentuk, bukan memanjang.
2.
Gambarang tulang wajah menjadi kasar,
tangan dan kakinya membengkak, sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak
disadari oleh penderitanya.
3.
Rambut badan semakin kasar sejalan
dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit. Hal itu disebabkan karena adanya
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam kulit membesar yang dapat
menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
4.
Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang
(mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme).
5.
Tulang rawan pada pita suara menebal
sehingga suara menjadi dalam dan serak.
6.
Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7.
Ditemukan nyeri sendi.
8.
Gangguan dan kelemahan tungkai dan
lengannya karena jaringan yang membesar dapat menekan persyarafan.
9.
Gangguan penglihatan karena adanya saraf
yang membawa sinyal dari mata ke otak tertekan sehingga penglihatan terganggu
terutama pada lapang pandang sebelah luar.
10. Tumor
hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.
5. Pencegahan
5.1. Pencegahan Primer (Primary
Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah
mencegah timbulnya faktor resiko Gigantisme bagi individu yang belum ataupun
mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat dan promosi kesehatan (Health
Promotion)
5.2.
Pencegahan
Sekunder (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder dapat
dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagmosis and
Prompt Treatment).
a.
Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita Gigantisme
sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi klinik meliputi anamnese yang
teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta pemeriksaan penunjang yang
diperlukan, misalnya rontgen tengkorak untuk melihat penebalan tulang, CT scan otak laboratorium darah yaitu
pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan menunjang diagnosis gigantisme
dan akromegali, Tes toleransi glukosa dan Rontgen tangan dapat menunjukkan
penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan jaringan disekitar
tulang.
b.
Pengobatan
Segera (Prompt Treatment)
Tujuan pengobatan adalah:
1.
Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau
IGF1/SM-C.
2.
Memperkecil tumor atau menstabilkan
besarnya tumor.
3.
Menormalkan fungsi hipofisis.
4.
Mencegah komplikasi akibat kelebihan
kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.
Terapi Pembedahan pada Akromegali dan
Gigantisme
Dalam
hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1.
Terapi
pembedahan.
Terapi
pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung
dari besarnya tumor yaitu:
a.
Bedah makro
dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial).
b.
Bedah mikro
(TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan
dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan
hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
2.
Terapi
radiasi.
Indikasi radiasi adalah sebagai
terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan
menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi
pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara,
yaitu:
a.
Radiasi secara konversional (Conventinal
High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD).
b.
Radiasi dengan energy tinggi partikel
berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD).
3.
Terapi
medikamentosa.
¶ Agosis
dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine
dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien
akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar
HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a.
Brokriptin
Dianjurkan
memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5
mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
·
Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
·
Terjadi perbaikan gangguan toleransi
glukosa
Efek
samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak
nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b.
Ocreotide (Long Acting Somatostatin
Analogue)
Cara
pemberian melalui subkutan.
Dosis:
dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan
klinis yang dicapai:
·
Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5
mikrogram/ 1 pada 50 kasus
·
Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50%
kasus
·
Penyusunan tumor
·
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat
sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.
5.3. Pencegahan Tertier
a.
Rehabilitasi
mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan
mental akibat tekanan yang dialami penderita Gigantisme terhadap masalah yang
dihadapi.
b.
Rehabilitasi sosial dan fisik
dilakukan bagi pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit agar tidak
mengalami gangguan ketika kembali ke masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar