A.
Laporan
Pendahuluan
1. Anatomi
dan fisiologi kelenjar hipofisis
Hipofisis
merupakan sebuah kelenjar sebesar kelereng yang melekat pada permukaan bawah
otak melalui infundibulum. Lokasinya sangat terlindungi baik yaitu terletak
pada sella turcica ossis sphenoidalis. Disebut master endocrine gland karena
hormon yang dihasilkan kelenjar ini banyak mempengaruhi kelenjar endokrin
lainnya. Jika hipofisis membesar, akan cenderung mendorong ke atas seringkali
menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan
sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Kelenjar
hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis
sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang
berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Berikut dibahas dua
bagian kelenjar hipofisis tersebut.
1.1.Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Hipofisis
anterior terdiri dari pars anterior (pars distalis) dan pars intermedia
dipisahkan oleh suatu celah, sisa kantong embrional. Juluran dari pars anterior
yaitu pars tuberalis meluas keatas sepanjang permukaan anterioar dan lateral
tangkai hypofisis. Pada manusia pars Intermedia menyatu dengan pars anterior.
Berikut ini adalah hormone yang dihasilkan di kelanjar hipofisis anterior:
a) Hormon Pertumbuhan
Meningkatkan
pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi pembentukan protein,
pembelahan sel, dan deferensiasi sel.
b) Adrenokortikotropin (Kortikotropin)
Mengatur
sekresi beberapa hormon adrenokortikal, yang selanjutnya akan mempengaruhi
metabolism glukosa, protein dan lemak.
c) Hormon perangsang Tiroid (Tirotropin)
Mengatur
kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid, dan
selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi kimia diseluruh tubuh.
d) Prolaktin
Meningkatkan
pertunbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
e) Hormon Perangsang Folikel dan Hormon
Lutein
Mengatur
pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas reproduksinya.
1.2.Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Hipofisis
posterior divaskularisasi oleh Arteri carotis interna bercabang arteri
Hypophysialis superior dan inferior. Vena bermuara kedalam sinus
intercavernosus. Hipofisis posterior terdiri dari 2 macam struktur yaitu Pars
nervosa : infundibular processus dan Infundibulum : neural stalk (merupakan
tangkai yang menghubungkan neurohypophyse dengan hypotalamus). Hormon yang
dihasilkan oleh hipofisis posterior adalah sebagai berikut:
a) Hormon Antideuretik (vasopresin)
Mengatur
kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan membantu mengatur
konsentrasi air dalam cairan tubuh
b) Oksitosis.
Membantu
menyalurkan air susu dari kelenjar payudara ke putting susu selama pengisapan
dan mungkin membantu melahirkan bayi pada saat akhir masa kehamilan.
Pars
Intermedia
Pars intermedia daerah kecil
diantara hipofisis anterior dan posterior yang relative avaskular, yang pada
manusia hampir tidak ada sedangkan pada bebrapa jenis binatang rendah ukurannya
jauh lebih besar dan lebih berfungsi.
Pembuluh
darah yang menghubungkan hipotalamus dengan sel- sel kelenjar hipofisis
anterior. Pembuluh darah ini berkhir sebagai kapiler pada kedua ujungnya dan
disebut system portal hipotalamus – hipofisis.
System portal merupakan saluran
vascular yang penting karena memungkinkan pergerakan hormone pelepasan dari
hypothalamus ke kelenjar hipofisis sehingga memungkinkan hypothalamus mengatur
fungsi hipofisis. Rangsangan yang berasal dari neuron dalam nucleus hypothalamus
yang menyintesis dan menyekresi protein densgan berat molekul yang rendah.
Protein atau neuro hormone ini dikenal sebagai hormone pelepas dan penghambat.
Hormon
–hormon ini dilepaskan kedalam pembuluh darah system portal dan akhirnya
mencapai sel – sel dalam kelenjar hipofisis. Dalam rangkaian kejadian tersebut
hormon- hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis diangkt bersama darah
dan merangsang kelenjar-kelenjar lain menyebabkan pelepasan hormon – hormon
kelenjar sasaran. Akhirnya hormon – hormon kelenjar sasaran bekerja pada
hipothalamus dan sel – sel hipofisis yang memodifikasi sekresi hormone.
2. Growth
Hormon
Growth
hormone adalah suatu hormone yang diproduksi oleh hipofisis anterior yang
berfungsi meningkatkan pertumbuhan dan metabolism pada sel target. Target sel
hormone ini berada di hampir seluruh bagian tubuh. Growth hormone juga berperan
dalam mensintesis somatomedin pada liver untuk menstimulasi pertumbuhan lempeng
epifiseal. Dampak metabolic dari GH yaitu mobilisasi asam lemak bebas pada
jaringan adiposa dan hambatan metabolisme glukosa di otot dan di jaringan
adiposa
Growth
hormone merupakan polipeptida dengan 191-asam amino (BM 21.500) yang disintesis
dan disekresi oleh somatotrof hipofisis anterior. Seperti namanya hormone pertumbuhan
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan linier yang diperantarai oleh insulin
liked growth factor-1 (IGF-1) yang juga dikenal somatomedin.
Hormone
pertumbuhan meni ngkatkan sintesis protein dengan peningkatan masukan asam
amino dan langsung mempercepat transkripsi dan translasi mRNA. Selain itu,
dapat menurunkan katabolisme protein dengan mobilisassi lemak sebagai sumber
bahan bakar yang berguna. Secara langsung GH membebaskan asam lemak dari
jaringan lemak dan mempercepat perubahan menjadi asetil-KO yang merupakan asal
energi. Pengaruh penghematan terhadap protein adalah mekanisne yang paling
penting dimana GH meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
GH
juga mempengaruhi metabolism karbohidrat. Pada keadaan berlebihan, akan
meningkatkan penggunaan karbohidrat dan mengganggu ambilan glukosa kedalam sel.
Resistensi terhadap insulin karena GH tampak berhubungan dengan kegagalan
postreseptor pada kerja insulin. Kejadian ini nebtakibatkan intoleransi glukosa
dan hiperinsulinisme sekunder.
GH
beredar terutama tidak terikat dalam plasma dan mempunyai waktu paruh 20-50
menit. Pada orang dewasa, normal sekresinya kurang lebih 400 µg/hari (18,6
nmol/hari), sebaliknya orang dewasa mudah mengsekresikan 700 µg/d (32,5
nmol/hari).
Pada
orang dewasa konsetrasi GH pada pagi hari dalam keadaan puasa kurang dari 2
ng/ml (93 pmol/L). tidak terdapat perbedaan nyata antara kedua jenis kelamin.
Kadar
IGF-1 ditentukan dengan cara radio receptor assay maupun dengan cara radio
immunoassay. Penentuan kadar mediator kerja GH ini menghasilkan penilaian
aktifitas biologis GH lebih akurat.
Sekresi
GH diperantarai oleh 2 hormon hipotalamus : growt hormone – releasing hormone
(GHRH) dan somatostatin (Growt hormone-inhibiting hormone). Pengaruh
hipotalamus ini diatur dengan ketat melalui integrasi sistem saraf, metabolism
dan factor hormonal. Karena baik GRH maupun somatostatin tidak dapat diperiksa
secara langsung, hasil akhir setiap factor terhadap sekresi GH harus dianggap
merupakan jumlah efeknya pada hormone hipotalamus ini.
Pada
makalah ini, kelompok membahas tentang GH yang disekresikan berlebih oleh
kelenjar hipofisis. Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan sekresi GH
berlebih.
3.
Definisi
Gigantisme
hipofisis seringkali terjadi sebagai akibat dari sekresi GH berlebihan sebagai
akibat tumor hipofisis dengan onset terjadinya pada anak-anak sebelum epifisis
menutup. Gigantisme biasanya menyerang pada anak-anak umur 6-15 tahun.
Gigantisme
merupakan peningkatan hormon protein dalam banyak jaringan, meningkatkan
penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan kadar glukosa darah. Gigantisme
terjadi pada periode anak-anak ketika
skeleton masih berpotensi untuk tumbuh,
atau pada pra pubertas.
Gigantisme
disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor
hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah
pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan
hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih
dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan
terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone
pertumbuhan.
Penyebab
gigantisme yang paling sering adalah adenoma kelenjar pituitary, tetapi
gigantisme telah di amati pada anak laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor
hipotalamus yang mugkin mensekresi GHRH, terutama pada pancreas yg telah
mensekresi dengan sejumlah besar GHRH.
4.
Etiologi
Gigantisme
disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini dapat diakibatkan tumor
hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus yang mengarah
pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila keadaan kelebihan
hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang menutup atau masih
dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone pertumbuhan
terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone
pertumbuhan.
Adenoma
hipofisis merupakan penyebab yang paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai di
sayap lateral sella tursica, tetapi gigantisme telah diamati pada anak
laki-laki berusia 2,5 tahun dengan tumor hipotalamus yang mungkin mensekresi
GHRH.
Gigantisme
terbanyak disebabkan oleh adenoma hipofisis yang mensekresi GH. Insiden
hipersekresi GH dibagi menjadi 2 kategori yaitu primer pada hipofisis dan
peningkatan Growth hormone- Realasing Hormon (GHRH) atau disregulasi.
Kebanyakan insiden gigantisme karena adenoma hipofisis yang mensekresi GH atau
karena hyperplasia. Gigantisme tampak juga pada keadaan lain seperti: multiple
endokrin neoplasma (MEN) tipe satu, MC Cune-albright syndrome (MAS),
Neurofibromatosis, sklerosis tuberrosistas atau kompleks carney.
5. Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormon
pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan
timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi
hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh
tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi
sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan
batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga
mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone
pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut
menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang
beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi
terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi.
Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada
sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme
bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh
adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar
itu sendir.
Melihat
besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro
adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau
diameternya lebih dari 10 mm.
Adenoma
hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap
lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris
migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
o
Akromegali yang disebabkan oleh karena
GHRH (Growth Hormone Realising Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun
secara klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan
oleh karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan
histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma.
Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated
Ectopic Production Of GH

6.
Manifestasi Klinis
Beberapa
penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku. Pada kebanyakkan kasus
yang terekam Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas, tetapi
keadaan ini telah ditegakkan seawal masa bayi baru lahir pada seorang anak dan
pada usia 1 bulan. Pada gigantisme, jaringan lunak seperti otot dan lainnya
tetap tumbuh. Gigantisme dapat disertai gangguan penglihatan bila tumor
membesar hingga menekan khiasma optikum yang merupakan jalur saraf mata.
Berikut
ini adalah gejala gigantisme yang disebabkan oleh kelebihan sekresi GH:
·
Tanda-tanda intoleransi glukosa.
·
Hidung lebar, lidah membesar dan wajah kasar
·
Mandibula tumbuh berlebihan
·
Gigi menjadi terpisah-pisah
·
Jari dan ibu jari tumbuh menebal
·
Kelelehan dan kelemahan
·
Kehilangan penglihatan pada pemeriksaan lapang pandang
secara seksama karena khiasma optikum saraf mata tertekan.
7.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis gigantisme ditegakkan berdasarkan atas temuan
klinis, laboratorium, dan pencitraan. Secara klinis akan ditemukan gejala dan
tanda gigantisme . Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium ditemukan peningkatan kadar hormon pertumbuhan. Selain itu,
dari penilaian terhadap efek perifer hipersekresi hormon perfumbuhan didapatkan
peningkatan kadar insulin like growth factor-I (IGF-I). Oleh karena sekresinya
yang bervariasi sepanjang hari, pemeriksaan hormon pertumbuhan dilaknkan 2 jam
setelah pembebanan glukonTi gram.
Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dengan kontras diperlukan untuk
mengonfirmasi sumber sekresi hormon pertumbuhan. Pemeriksaan MRI dapat
memperlihatkan tumor kecil yang berukuran 2 mm.
·
Pemeriksaan fisik Tinggi tubuh abnormal
·
CT Scan dan MRI kelenjar hipofisis
Setelah gigantisme telah didiagnosis dengan mengukur kadar
GH atau IGF-I, Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan dari hipofisis digunakan
untuk mencari dan mendeteksi ukuran tumor yang menyebabkan kelebihan produksi
GH. MRI adalah teknik pencitraan yang paling sensitif, namun computerized
tomography (CT) scan dapat digunakan jika pasien tidak dapat menjalani MRI.
Misalnya, pada pasien yang memakai alat pacu jantung atau jenis implan yang
mengandung logam tidak harus memiliki scan MRI karena mesin MRI mengandung
magnet kuat.
·
Pemeriksaan kadar GH
Jika pasien diduga gigantisme, kadar GH pasien harus
diperiksa untuk menentukan apakah terjadi perubahan. Namun, pengukuran tunggal
dari tingkat darah GH tidak cukup untuk mendiagnosis gigantisme: Karena GH
disekresikan oleh pituitari dalam impuls, atau dalam jumlah banyak, sehingga
konsentrasi GH dalam darah dapat berubah-ubah dari menit ke menit. Pada saat
tertentu, seseorang dengan gigantisme mungkin memiliki kadar GH normal,
sedangkan kadar GH pada orang yang sehat
bahkan mungkin lima kali lebih tinggi.
·
Pemeriksaan kadar IGF-1
Dokter juga dapat mengukur kadar IGF-I yang meningkat sebagai akibat kenaikan
kadar GH pada orang dengan gigantisme. Karena kadar IGF-I jauh lebih stabil
daripada kadar GH, IGF-1 lebih sering digunakan untuk memastikan diagnosis pada
gigantisme. Peningkatan kadar IGF-I
hampir selalu menunjukkan gigantisme
8.
Penatalaksanaan
Operasi
Operasi
adalah pilihan utama yang dianjurkan pada kebanyakan pasien gigantisme, karena
termasuk dalam pengobatan yang cepat dan efektif. Operasi dilakukan dengan
melakukan insisi melalui hidung atau melalui bibir bagian atas. dengan alat
khusus dokter bedah menghilangkan
jaringan tumor. Operasi ini
biasanya disebut operasi transsphenoidal. Prosedur ini
mengurangi tekanan pada daerah otak sekitarnya dan dengan cepat
menurunkan kadar GH. Jika operasi ini berhasil penampilan wajah dan
pembengkakan jaringan akan kembali membaik pada beberapa hari. Pembedahan
berhasil baik pada kebanyakan pasien dengan kadar GH dalam darah dibawah 45
ng/mg sebelum operasi dan jika diameter
tumor hipofisis belum mencapai 10mm.
Komplikasi
yang mungkin terjadi saat pembedahan adalah kerusakan jaringan di sekitar
hipofisis yang normal sehingga pasien memerlukan menggunaan hormon hipofisis
dalam waktu yang lama. Bagian dari hipofisis menyimpan antidiuretik hormon yang
penting dalam balance cairan yang mungkin secara sementara maupun permanen membahayakan
kesehatan pasien sehingga pasien membutuhkan terapi medis. Komplikasi yang lain
yaitu meningitis.
Terapi medikasi
Terapi
medis sering digunakan jika pembedahan tidak berhasil dengan baik Tiga kelompok
obat yang digunakan untuk pengobatan akromegali gigantisme:
Somatostatin
analogs (SSAs) berefek pada penurunan produksi GH dan efektif menurunkan kadar
GH dan IGF-I pada 50-70% pasien. SSAs juga mengurangi ukuran tumor sekitar
0-50% pasien tp hanya pada tingkat yang kecil. Beberapa penelitian menunjukkan
SSAs aman dan efektif digunakan dalam jangka panjang dalam pengobatan pasien
dengan akromegali gigantisme yang tidak disebabkan tumor hipofisis.
GH reseptor antagonist (GHRAs)
Kelompok
obat yang kedua adalah antagonis reseptor GH (GHRAs), yang mengganggu kerja GH
dan menormalkan kadar IGF-I di lebih dari 90 persen pasien. Diinjeksikan sehari
sekali, GHRAs biasanya ditoleransi dengan baik oleh pasien. Efek jangka panjang
pada pertumbuhan tumor masih diteliti. Efek sampingny antara lain sakit kepala,
fatig dan gangguan fungsi hati.
Agonis
dopamin membentuk kelompok obat ketiga. Obat ini tidak seefektif obat lain
dalam menurunkan GH atau IGF-I tingkat, dan menormalkan kadar IGF-I pada
sebagian kecil pasien. Agonis dopamin kadang-kadang efektif pada pasien yang
memiliki derajat ringan GH berlebih dan pasien yang mengalami gigantisme dan
hiperprolaktinemia. Agonis dopamin dapat digunakan dengan kombinasi SSAs. Efek
samping obat termasuk mual, sakit kepala.
Radioterapi
Terapi
radiasi biasanya diperuntukkan bagi pasien yang mempunyai sisa-sisa tumor paska
pembedahan. Karena radiasi menyebabkan hanya sedikit penurunan kadar GH dan
IGF-I pasien yang menjalani terapi radiasi juga menerima medikasi untuk
menurunkan kadar hormon.
Tujuan
dari penatalaksanaan gigantisme ini adalah:
·
Mengurangi peroduksi hormon berlebih menjadi normal
·
Mengurangi tekanan karena pertambahan masa tumor hipofisis
yang dapat menekan area otak di sekitar tumor.
·
Mengembalikan funsi normal hipofisis dan menangani
terjadinya kekurangan hormon.
·
Menangani gejala gigantisme
9. Pencegahan
9.1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko
Gigantisme bagi individu yang belum ataupun mempunyai faktor resiko dengan
melaksanakan pola hidup sehat dan promosi kesehatan (Health Promotion)
9.2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).
a.
Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita Gigantisme sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi
klinik meliputi anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan, misalnya rontgen tengkorak untuk melihat penebalan tulang, CT
scan otak laboratorium
darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan menunjang diagnosis
gigantisme dan akromegali, Tes toleransi glukosa dan Rontgen tangan dapat
menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan
jaringan disekitar tulang.
b. Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
Tujuan pengobatan adalah:
1.
Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau
IGF1/SM-C.
2.
Memperkecil tumor atau menstabilkan
besarnya tumor.
3.
Menormalkan fungsi hipofisis.
4.
Mencegah komplikasi akibat kelebihan
kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.
Terapi
Pembedahan pada Akromegali dan Gigantisme
Dalam hal ini dikenal 3
macam terapi, yaitu:
1.
Terapi
pembedahan.
Terapi pembedahan
adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari
besarnya tumor yaitu:
a.
Bedah makro
dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial).
b.
Bedah mikro
(TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan
dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan
hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.
2.
Terapi
radiasi.
Indikasi
radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau
masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan
radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a.
Radiasi secara konversional (Conventinal
High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD).
b.
Radiasi dengan energy tinggi partikel
berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD).
3.
Terapi
medikamentosa.
¶ Agosis
dopamine
Pada
orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi
tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun
agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh
agosis dopamine:
a.
Brokriptin
Dianjurkan memberikan
dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap
2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
·
Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
·
Terjadi perbaikan gangguan toleransi
glukosa
Efek samping yang
terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan,
nausea, konstipasi, dll.
b.
Ocreotide (Long Acting Somatostatin
Analogue)
Cara pemberian melalui
subkutan.
Dosis: dosis rata-rata
adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang
dicapai:
·
Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5
mikrogram/ 1 pada 50 kasus
·
Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50%
kasus
·
Penyusunan tumor
·
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat
sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.
9.3.
Pencegahan
Tertier
a.
Rehabilitasi
mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan
mental akibat tekanan yang dialami penderita Gigantisme terhadap masalah yang
dihadapi.
b.
Rehabilitasi sosial dan fisik
dilakukan bagi pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit agar tidak
mengalami gangguan ketika kembali ke masyarakat.
B.
Konsep
Askep
1.
Pengkajian
Anamnesa
1.
Identitas
Identitas
pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.
Keluhan Utama
Keluhan
utama pasien dengan gigantisme adalah pertumbuhan organ tubuh yang berlebih
serta postur tubuh yang tinggi.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Berisi
tentang kapan terjadinya gigantisme, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang
sudah dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya
riwayat tumor hipofisis atau penyakit lain yang berkaitan dengan gigantisme.
5.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada anggota keluarga pasien yang mengalami gigantisme.
6.
Riwayat Psikososial
Berhubungan
dengan perasaan dan emosi yang di alami pasien mengena.i sakitnya dan tanggapan
keluarga tentang penyakitnya
2.
Pemeriksaan Fisik
1.
B1 ( Sistem pernafasan)
-
2.
B2 ( sistem kardiovaskuler)
Nadi menurun ( N=60-100x/menit), hipertensi, hipertrofi
jantung,
3.
B3 ( sistem persyarafan)
Sakit kepala, gangguan penglihatan
4.
B4 ( Sistem perkemihan)
-
5.
B5 ( Sistem Pencernaan)
Anorexia, disfagia
6.
B6 ( Sistem Muskuloskeletal)
Lemah, lipatan kulit kasar, kulit tebal, turgor jelek
·
Pemeriksaan Diagnostik
·
Pemeriksaan fisik Tinggi tubuh abnormal
·
CT Scan dan MRI kelenjar hipofisis
·
Pemeriksaan kadar GH
3.
Diagnosa Keperawatan
a.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisika (perubahan
penampilan sekunder pertumbuhan organ yang berlebihan.)
b.
Kelelahan
c. Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis
4.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan:
Biofisika (perubahan penampilan sekunder pertumbuhan organ yang
berlebihan.)
DS:
·
Depersonalisasi bagian tubuh
·
Perasaan negatif tentang tubuh
·
Secara verbal menyatakan perubahan gaya hidup
DO :
·
Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh
·
Kehilangan bagian tubuh
·
Bagian tubuh tidak berfungsi
|
NOC:
·
Body image
·
Self esteem
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan body
image
pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·
Body image positif
·
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
·
Mendiskripsikan secara faktual perubahan
fungsi tubuh
·
Mempertahankan interaksi sosial
|
NIC :
Body image enhancement
·
Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
terhadap tubuhnya
·
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
·
Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
kemajuan dan prognosis penyakit
·
Dorong klien mengungkapkan perasaannya
·
Identifikasi arti pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
·
Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam
kelompok kecil
|
Diagnosa 2
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Kelelahan berhubungan
dengan
·
psikologis: kecemasan, gaya hidup yang
membosankan, depresi, stress. Psikologis: status penyakit, malnutrisi,
kondisi fisik yang buruk, gangguan tidur.
DS:
·
Gangguan konsentrasi
·
Tidak tertarik pada lingkungan
·
Meningkatnya komplain fisik
·
Kelelahan
·
Secara verbal menyatakan kurang energi
·
DO:
·
Penurunan kemampuan
·
Ketidakmampuan mempertahankan
rutinitas
·
Ketidakmampuan mendapatkan energi
sesudah tidur
·
Kurang energi
·
Ketidakmampuan untuk mempertahankan
aktivitas fisik
|
·
NOC:
·
Activity Tollerance
·
Energy Conservation
·
Nutritional Status: Energy
·
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …. kelelahan pasien teratasi dengan kriteria hasil:
·
Kemampuan aktivitas adekuat
·
Mempertahankan nutrisi adekuat
·
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
·
Menggunakan tehnik energi konservasi
·
Mempertahankan interaksi sosial
·
Mengidentifikasi faktor-faktor fisik
dan psikologis yang menyebabkan kelelahan
·
Mempertahankan kemampuan untuk
konsentrasi
|
NIC :
Energy Management
·
Monitor respon kardiorespirasi
terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat,
tekanan hemodinamik dan jumlah respirasi)
·
Monitor dan catat pola dan jumlah
tidur pasien
·
Monitor lokasi ketidaknyamanan atau
nyeri selama bergerak dan aktivitas
·
Monitor intake nutrisi
·
Monitor pemberian dan efek samping
obat depresi
·
Instruksikan pada pasien untuk
mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan
·
Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas
untuk mencegah kelelahan
·
Jelaskan pada pasien hubungan
kelelahan dengan proses penyakit
·
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan intake makanan tinggi energi
·
Dorong pasien dan keluarga
mengekspresikan perasaannya
·
Catat aktivitas yang dapat
meningkatkan kelelahan
·
Anjurkan pasien melakukan yang
meningkatkan relaksasi (membaca, mendengarkan musik)
·
Tingkatkan pembatasan bedrest dan
aktivitas
·
Batasi stimulasi lingkungan untuk
memfasilitasi relaksasi
|
Diagnosa 3
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
|
Rencana keperawatan
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
|
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan :
Ketidakmampuan untuk
memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis
DS:
·
Nyeri abdomen
·
Muntah
·
Kejang perut
·
Rasa penuh tiba-tiba setelah makan
DO:
·
Diare
·
Rontok rambut yang berlebih
·
Kurang nafsu makan
·
Bising usus berlebih
·
Konjungtiva pucat
·
Denyut nadi lemah
|
NOC:
a.
Nutritional status: Adequacy of nutrient
b.
Nutritional Status : food and Fluid Intake
c.
Weight Control
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:
·
Albumin serum
·
Pre albumin serum
·
Hematokrit
·
Hemoglobin
·
Total iron binding capacity
·
Jumlah limfosit
|
·
Kaji adanya alergi makanan
·
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
·
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
·
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
·
Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
·
Monitor lingkungan selama makan
·
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
·
Monitor turgor kulit
·
Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht
·
Monitor mual dan muntah
·
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
·
Monitor intake nuntrisi
·
Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
·
Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
·
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
·
Kelola pemberan anti emetik:.....
·
Anjurkan banyak minum
·
Pertahankan terapi IV line
·
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
|
0 komentar:
Posting Komentar