Rabu, 24 Juni 2015

Kemajuan teknologi di Indonesia dinilai berkembang dengan sangat cepat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi berbasis teknologi yang diciptakan langsung oleh orang Indonesia. Berdasarkan pemaparan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia telah berhasil menempati peringkat ke-46 dalam kemajuan teknologinya pada tahun 2012. Penilaian ini didasarkan kepada berbagai inovasi, dan sistem teknologi yang telah diterapkan di Indonesia. Saat ini, teknologi telah berhasil menguasai berbagai bidang, seperti bidang komunikasi, bidang pendidikan, dan bahkan bidang kesehatan.

Beranjak dari penerapan teknologi di bidang kesehatan, tiga mahasiswa Teknik Elektro ITB mendesain sebuah alat yang dapat mengirimkan sinyal otak untuk menggerakan sebuah robot tangan. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Ausi Hernanto (Teknik Elektro 2009), Muhammad Husni (Teknik Elektro 2009), dan Makmur Koko (Teknik Elektro 2009). Alat ini dirancang untuk membantu penderita penyakit stroke yang tidak mampu menggerakkan jaringan tubuhnya. Melalui penelitian tugas akhir yang diberi judul 'Brain Computer Interface sebagai Pengendali Robot Tangan', tim ini mencoba merancang alat tersebut secara sederhana sehingga dapat digunakan oleh penderita.

Teknologi Brain Computer Interface

Sistem Brain Computer Interface (BCI) adalah sistem yang memungkinkan manusia untuk memanfaatkan sinyal yang dibangkitkan oleh otak untuk mengirim perintah ke komputer atau mesin. Tujuan sistem ini adalah untuk membantu manusia yang memiliki kelainan fisiologi atau cacat fisik yang berhubungan dengan sistem saraf motorik.  Dengan kata lain, teknologi BCI merupakan teknik pengendalian suatu perangkat dengan menggunakan pikiran.

Pada awal pendesainan BCI, sistem ini diharapkan dapat digunakan untuk sarana komunikasi bagi penderita lumpuh total, untuk rehabilitasi, dan bisa juga dimanfaatkan untuk teknik kendali dalam game komputer. Sebuah sistem BCI terdiri dari pengukuran sinyal otak, dan kemudian dilakukan sistem pengolahan sinyal otak tersebut untuk mendeteksi pola-pola unik yang akan diterjemahkan menjadi perintah, seperti pola otak saat rileks. "Dalam penggunaan sistem BCI, kami menggunakan aplikasi BCI2000 yang kerap digunakan untuk penelitian yang berhubungan dengan gelombang otak," tutur Ausi.

Perancangan Robot Tangan

Ketiga mahasiswa yang akan diwisuda pada bulan Juli 2014 mendatang merancang sebuah robot berbentuk tangan yang dihubungkan dengan alat pengirim sinyal gelombang otak. Alat ini berbentuk seperti tangan manusia yang dapat bergerak dengan bantuan aplikasi BCI2000, tentu saja dengan pikiran penggunanya. Pembentukan robot tangan sederhana ini ditujukan untuk penderita penyakit stroke agar tetap dapat beraktivitas. Dalam penjelasannya, Ausi menambahkan bahwa robot tangan ini mampu bergerak seperti genggaman, menapak, dan menunjuk layaknya tangan manusia.

Alat ini telah diujikan pada acara Electrical Engineering Days (EE-days) yang diselenggarakan oleh Teknik Elektro ITB pada Selasa - Jumat (03-06/06/14) bertempatan di Aula Barat, ITB. Dalam acara tersebut, pengunjung berkesempatan untuk mencoba menggunakan robot tangan karya Ausi, Husni, dan Makmur tersebut dengan menggunakan gelombang pikiran mereka. "Ketika diujikan, beberapa pengunjung berhasil menggerakan alat tersebut. Hal ini dikarenakan tidak fokusnya otak ketika menggunakan alat, untuk meningkatkan kemampuan pengguna dalam mengoperasikan BCI, perlu juga diadakan pelatihan khusus," tambah Ausi.

Penerapan BCI pada robot tangan ini masih dinilai sangat sederhana, karena belum bisa bergerak secara tanggap sebelum adanya pelatihan khusus. Ketiga peneliti tersebut berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut lagi agar penderita penyakit stroke dapat secara leluasa mengekspresikan dirinya layaknya manusia. "Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Elektro ini perlu diapresiasi, karena melalui hal seperti ini Indonesia dapat melahirkan inovasi, serta mampu mengembangkan teknologi di Indonesia," tutur Arif Sasongko (Dosen Teknik Elektro ITB) selaku Ketua Panitia EE-days.

Sumber Gambar: dokumentasi pribadi, dan cancerhelps.com. 
sumber artikel http://www.itb.ac.id/news/4402.xhtml
Menurut Sternberg (1988), cinta itu mengandung komponen keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment). Dari ketiga komponen tersebut dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta yaitu nonlove, liking, Infatuation love, empty love, romantic love, companionatelove, fatous love, consummate love. Cinta yang ideal adalah cinta yang memiliki komponen keintiman, gairah dan komitmen yang seimbang, oleh karena itu peneliti menggunakan consummate love(cinta yang sempurna) sebagai acuan untuk penelitian ini. Orang-orang yang sedang jatuh cinta mempunyai kadar cinta yang berbeda-beda, ada yang sangat intim dan mesra, tetapi tidak jarang terlihat pasangan tersebut sering bertengkar bahkan ada yang bercerai walaupun sudah menikah. Perbedaan kadar cinta ini mempunyai banyak faktor penyebab, salah satu diantaranya karena adanya pengaruh dari tipe kepribadian. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yang sama persis dengan orang yang lain, meski mereka terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Penggolongan berdasarkan warna ini dengan maksud agar lebih mudah untuk diingat. Jenis kelaminpun bisa mempengaruhi perbedaan kadar cinta ini. John Gray (2001) didalam bukunya yang berjudul “Men from Mars and Women from Venus” mengandaikan para pria berasal dari planet mars sedangkan para wanita berasal dari planet venus yang mempunyai banyak perbedaan. Orang-orang mars menghargai kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi. Penduduk Venus mempunyai nilai-nilai berbeda. Venus menghargai cinta, komunikasi dan hubungan.

Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memperkaya khasanah keilmuan psikologi sosial terutama pada psikologi kepribadian dan psikologi cinta, serta secara praktis diharapkan bermanfaat bagi para pasangan suami istri dalam upayanya lebihmemahami pasangan masing-masing dan dalam mengelola hubungan suami istri.

Kesempurnaan Cinta

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta karena manusia satu-satunya makhluk yang dapat merasakancinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknyasehingga sulit untuk didekati secara ilmiah. Dalam penelitian ini dipilih teori seorang psikolog, Robert Sternberg (1988), yang telah berusaha untuk menjabarkan cinta dalam konteks hubungan antara dua orang. Menurut Sternberg (1988), cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Kisah pada setiap orang berasal dari “ skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan.

Sternberg (1988) terkenal dengan teorinya tentang Triangular Theory of Love (segitiga cinta). Segitiga cinta itu mengandung komponen: (1) keintiman (intimacy), (2) gairah (passion) dan (3) komitmen (commitment). Keintiman adalah elemen emosi, yang di dalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust) dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu, dan ada keinginanuntuk bergandengan tangan atau saling merangkul bahu. Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama. Menurut Sternberg (1988), setiap komponen itu pada setiap orang berbedaderajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komponen itu berada dalam proporsi yangsesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang palingbesar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar (dalam beberapa budaya), disertai dengan komitmen yang lebih besar. Misalnya melalui perkawinan.

Dari ketiga komponen cinta disamping, dapat membentuk delapan kombinasi jenis cinta yang dapat dilihat pada gambar 1, delapan kombinasi itu adalah sebagai berikut :

(1) nonlove,tak ada gairah yang timbul, biasanya hubungan dengan orang dalam lingkungan sehari-hari karena interaksinya hanya bersifat sepintas saja, tidak memiliki komponen gairah, keintiman dan komitmen; (2) liking (persahabatan), sebagai salah satu komponen emosi yang ada adalah perasaan suka bukanlah cinta, hanya memiliki komponen keintiman; (3) Infatuation love(ketergila-gilaan), gairah yang timbul tanpa keintiman dan komitmen, biasanya cinta yang terjadi pada pandangan pertama; (4) empty love(cinta kosong), ada unsur komitmen tetapi kurang intim dan kurang gairah. Hubungan yang lama akan semakin membosankan; (5) romantic love(cinta romantis), hubungan intim yang menggairahkan tetapi kurang komitmen sehingga pasangan yang jatuh cinta romantis ini terbawa secara fisik dan emosi, tetapi tidak mengharapkan hubungan jangka panjang; (6) companionatelove, hasil dari komponen keintiman dan komitmen tanpa adanya gairah cinta. Dalam perkawinan yang lama tidak akan menggairahkan secara fisik lagi; (7) fatous love (cinta buta), mempunyai gairah dan komitmen tetapi kurang intim, dimana cinta ini sulit dipertahankan karena kurang adanya aspekemosi; (8) consummate love(cinta yang sempurna), yaitu cinta yang tersusun atas komponen keintiman, gairah dan komitmen. Cinta yang ideal adalah cinta yang memiliki komponen keintiman, gairah dan komitmen yang seimbang, oleh karena itu peneliti menggunakan consummate love (cinta yang sempurna) sebagai acuan untuk penelitian ini.

Tipe kepribadian kode warna

Setiap orang memiliki kepribadian dasar. Kepribadian seseorang telah terbentuk sejak nafas pertama ditiupkan di dalam kandungan. Kepribadian seseorang memang dapat berkembang tetapi tidak akan keluar dari sifat-sifat inti atau dasarnya. Kepribadian adalah inti pikiran dan perasaan didalam diri seseorang yang memberitahu bagaimana ia membawa diri. Kepribadian merupakan daftar respon berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dipegang kuat. Kepribadian akan mengarahkan reaksi emosional seseorang disamping rasional terhadap setiap pengalaman hidup. Dengan kata lain, kepribadian adalah proses aktif didalam setiaphati dan pikiran seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berpikir dan berperilaku (Hartman, 2004). Taylor Hartman (2004) membagi tipe kepribadian menurut empat aspek dominan didalam alam –api, tanah, air dan udara. Atas dasar ini kemudian ia membedakan empat tipe kepribadian orang menurut kode warna, yaitu tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning. Kepribadian merah merepresentasikan sifat-sifat api –memiliki semangat yang membara dalam kehidupan; kepribadian biru merepresentasikan sifat-sifat tanah – kuat dan teguh dalam pendirian;kepribadian putih merepresentasikan sifat-sifat dasar air – mengalir dan mengikuti arus; kepribadian kuning merepresentasikan sifat-sifat angin – bertiup kesana kemari. Masing-masing tipe kepribadian memiliki keunikan sendiri yang merupakan gabungan antara kekuatan dan kelemahan. Kepribadian memang bersifat unik, sehingga tidak ada satu orangpun yangsama persis dengan orang yang lain, meski terlahir kembar satu telur. Memang ada jutaan variasi kepribadian, namun menurut Hartman (2004) kepribadian setiap orang dapat digolongkan menurut motif dasar, kebutuhan dan keinginan yang cenderung stabil sepanjang hayat. Di pandang dari sudut perbedaan motif dasar, kebutuhan dan keinginan maka setiap orang dapat digolongkan kedalam tipe kepribadian merah, biru, putih dan kuning.

Perbedaan Pria dan Wanita

Jenis kelaminpun bisa mempengaruhi perbedaan kadar cinta ini. John Gray (2001) didalam bukunya yang berjudul “Men from Mars and Women from Venus” mengandaikan para pria berasal dari planet mars sedangkan para wanita berasal dari planet venus yang mempunyai banyak perbedaan. Orang-orang mars menghargai kekuasaan, keterampilan, efisiensi dan prestasi. Mars senantiasa melakukan ini itu untuk membuktikan diri dan mengembangkan kemampuan serta ketrampilan diri. Harga diri dirumuskan melalui kemampuan mereka mencapai hasil-hasil. Mars mengalami kepuasan terutama melalui sukses dan prestasi. Penduduk Venus mempunyai nilai-nilai berbeda. Venus menghargai cinta, komunikasi dan hubungan. Venus menghabiskan banyak waktu untuk memberi dukungan,menolong dan saling melayani. Makna diri venus ditentukan melalui perasaan dan mutu hubungan-hubungan. Venus mengalami kepuasan karena berbagi dan berhubungan.

Dari penjabaran John Gray (2001) bisa disimpulkan juga bahwa wanita memiliki kadar cinta yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Pria menghargai kekuasaan dan ketrampilan sedangkan wanita menghargai cinta, komunikasi dan hubungan.

Sumber:

Yamin Setiawan, 2004. Jurnal “Kesempurnaan Cinta, Tipe Kepribadian Kode Warna dan Jenis Kelamin”. http://yaminsetiawan.com/jurnal/jurnal01.pdf. Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 Surabaya. Diakses 17 Juni 2015.

Selasa, 23 Juni 2015

SAP Gigantisme

Posted by Khoirul Zed | 17.02 Categories:
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik                                       : Penyakit Gigantisme
Latar belakang                          : Sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa). Dari pernyataan tersebut, maka dirasa perlu dilakukan penyuluhan agar masyarakat mengetahui bagaimana pencegahan gigantisme
Sub Pokok Bahasan                : Pengertian Penyakit Gigantisme
Penyebab Penyakit Gigantisme
Patofisiologi Gigantisme
Gejala Penyakit Gigantisme
Pencegahan Penyakit Gigantisme
Sasaran                                    : Masyarakat Desa Suka Sehat
Hari/tanggal                            : Minggu, 31 Mei 2015
Waktu                                     : 09.00 - Selesai
Tempat                                    :Balai Desa Suka Sehat





I.       TIU ( Tujuan Instruksional Umum )
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat diharapkan dapat mengetahui dan mampu memahami serta dapat menjelaskan tentang penyakit Gigantisme.

II.    TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
No.
TIK
Materi
Media
Metode
Evaluasi

1.




2.





3.







4.




5.

Dapat Mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang penyakit Gigantisme

Dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Gigantisme


Dapat Mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit Gigantisme


Dapat menyebutkan gejala dari penyakit Gigantisme

Mengetahui dan memahami serta menjelaskan pencegahan penyakit Gigantisme

Pengertian  penyakit




Penyebab penyakit




Patofisiologi penyakit





Gejala penyakit



Pencegahan penyakit





Leaflet











LCD, Laptop, dan layar LCD









                   










Ceramah dan Tanya jawab

Masyarakat mengetahui penyakit Gigantisme


Masyarakat dapat menyebutkan penyebab dari penyakit Gigantisme

Masyarakat mengetahui dan memahami serta menjelaskan tentang patofisiologi penyakit Gigantisme

Masyarakat dapat menyebutkan gejala dari penyakit Gigantisme

Masyarakat Mengetahui dan menjelaskan pencegahan penyakit Gigantisme

III.       KEGIATAN
No.
Kegiatan
Waktu
Penyaji
Sasaran
1.
Pembukaan dan perkenalan penyuluh
5 menit
·   Memberi salam

·   Memperkenalkan diri dan penyuluh

·   Menjelaskan tujuan penyuluhan

·   Membuat kontrak waktu
·         Menjawab salam

·         Peserta penyuluhan dapat mendengarkan dan memperhatikan materi yang diberikan.
2.
Penyajian materi dan Tanya jawab
30 menit
Menjelaskan tentang :
·   Pengertian  penyakit

·   Penyebab penyakit

·   Patofisiologi penyakit

·   Gejala penyakit

·   Pencegahan penyakit

·      Masyarakat dapat mendengarkan dan memahami, serta dapat menjelaskan dengan baik materi yang disampaikan

·      Masyarakat aktif dalam sesi Tanya jawab
3.
Penutup
10 menit
·   Menyimpulkan materi yang disampaikan

·   Menjelaskan kembali hal-hal yang tidak di mengerti dari penjelasan

·   Penyaji mengucapkan terimakasih dan salam penutup

·      Mendengarkan dan memahami

·      Menjawab salam

IV.       PENGORGANISASIAN
1.      Penyaji         : Apria Syahnida Fadmi
Tugas            : Menyampaikan materi penyuluhan

2.      Moderator    : Nani Novira
Tugas            : Memandu jalannya Penyuluhan Kesehatan

3.      Notulen        : Noor Suci Islamiyah
Tugas            : Membantu penyaji menampung pertanyaan dan menyimpulkan hasil
Penyuluhan Kesehatan
4.      Anggota       :  Muhammad Khoirul Zed, Dedi Wahyudi, Ira Irlinda, Merdekawati Noor, Hero Deswanto, Muhammad Harimansyah
Tugas            : Membagikan Leaflet kepada peserta penyuluhan kesehatan


V.          MATERI PENYULUHAN
Gigantisme

1.      Definisi Gigantisme
Gigantisme merupakan penyakit yang  terjadi oleh karena produksi hormon pertumbuhan yang berlebih pada waktu discus epiphysealis belum menutup. Gigantisme juga dapat disebabkan oleh adanya tumor sel hormone pertumbuhan sel asidofilik pada kelenjar hipofisis anterior. Akibatnya semua jaringan tubuh tumbuh dengan cepat. Penderita gigantisme dapat memiliki tinggi mencapai 8 sampai 9 kaki. Penderita gigantisme apabila tidak diobati akhirnya akan berubah menjadi hipopituitarisme. Hal ini disebabkan karena tumor kelenjar hipofisis tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak dan bisa berdampak pada kematian pada permulaan masa dewasa. Sebagai tindakan penanganan apabila gigantisme sekali telah didiagnosis, maka dapat dihambat perkembangannya dengan bedah mikro atau radiasi kelenjar.

2.      Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang mengarah pada pelepasan hormon berlebihan
Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a.         GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
b.        GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari Hipotalamus.
c.         GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll) yang mensekresi HP atau GHRH.





3.      Patofisiologi
   Sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjar itu sendir.
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma kalau diameternya lebih dari 10 mm.
Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula dijumpai digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para farings.
o   Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic Production Of GH
 Pathway




















4.      Gejala
Pada penderita gigantisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga tinggi badan abnormal. Masa pubertas tertunda dan alat kelamin pada laki-laki maupun pada perempuan pun tidak dapat tumbuh atau berkembang secara sempurna. (Price,2005)
·           Akibat pada tulang (Skelet).
a.         Gigantisme.
b.        Frontal Bossing.
c.         Kiposis, Ostopenia.
d.        Artropi.
e.         Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan.

·           Akibat pada jaringan lunak.
a.         Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga.
b.        Pembesaran tangan dan kaki.
c.         Kulit tebal, basah, dan berminyak.
d.        Lipatan kulit kasar, skin tag.
e.         Acanthosis nigricans.
f.         Hipertrikosis.
g.        Suara parau.

·           Akibat pada proses metabolisme
a.         Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus.
b.        Hiperfosfatemia.
c.         Hiperlipidemia.
d.        Hiperkalsemia.

·           Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun) merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan pada decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal yang melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing, Pembesaran tangan dan kaki, dll.
Tanda dan gejala lain adalah:
1.        Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50 tahun. Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.
2.        Gambarang tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak, sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.
3.        Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit. Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat didalam kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau badan yang menyengat.
4.        Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang menonjol (prognatisme).
5.        Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
6.        Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
7.        Ditemukan nyeri sendi.
8.        Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang membesar dapat menekan persyarafan.
9.        Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke otak tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang sebelah luar.
10.    Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.

5.      Pencegahan
5.1. Pencegahan Primer (Primary Prevention)
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko Gigantisme bagi individu yang belum ataupun mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup sehat dan promosi kesehatan (Health Promotion)

5.2.      Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagmosis and Prompt Treatment).
a.       Diagnosis Dini (Early Diagnosis)
Setiap penderita Gigantisme sebaiknya diperiksa dengan cermat. Evaluasi klinik meliputi anamnese yang teliti, pemeriksaan fisik, laboratorik serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan, misalnya rontgen tengkorak untuk melihat penebalan tulang, CT scan otak laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan menunjang diagnosis gigantisme dan akromegali, Tes toleransi glukosa dan Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.
b.      Pengobatan Segera (Prompt Treatment)
Tujuan pengobatan adalah:
1.         Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C.
2.         Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor.
3.         Menormalkan fungsi hipofisis.
4.         Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran tumor.

Terapi Pembedahan pada Akromegali dan Gigantisme
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1.         Terapi pembedahan.
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
a.         Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala (TC atau Trans Cranial).
b.        Bedah mikro (TESH/ Trans Ethmoid Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor hipofisis.

2.         Terapi radiasi.
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a.         Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD).
b.        Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000 RAD).

3.         Terapi medikamentosa.
  Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh agosis dopamine:
a.         Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
·           Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
·           Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi, dll.
b.        Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)
Cara pemberian melalui subkutan.
Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
·           Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
·           Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
·           Penyusunan tumor
·           Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.

5.3.     Pencegahan Tertier
a.         Rehabilitasi mental melalui konseling dengan psikiater, dilakukan bagi penderita gangguan mental akibat tekanan yang dialami penderita Gigantisme terhadap masalah yang dihadapi.
b.        Rehabilitasi sosial dan fisik dilakukan bagi pasien yang sudah lama dirawat di rumah sakit agar tidak mengalami gangguan ketika kembali ke masyarakat.