Jumat, 31 Januari 2014

LAPORAN OBSERVASI FIELD TRIP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Posted by Khoirul Zed | 01.48 Categories:
 DAFTAR ISI 

Daftar Isi ...............................................................................................        1
Bab. I  PENDAHULUAN ...................................................................        2
A.    Latar Belakang ...........................................................................        2
B.     Tujuan .........................................................................................        3
C.     Sistematika Penulisan .................................................................        3
D.    Rumusan Masalah ......................................................................        4
Bab. II TUNJAUAN PUSTAKA .......................................................        5
1.      Pengertian Komunikasi ..............................................................        5
2.      Pengertian Komunikasi Terapeutik.............................................        5
3.      Tujuan Komunikasi Terapeutik...................................................        6
4.      Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik...........................................        7
5.      Komunikasi Terapeutik Anak......................................................        10
BAB. III HASIL OBSERVASI............................................................        14
1.      Masalah Yang Ditemukan...........................................................        14
2.      Analisis Masalah..........................................................................        14
BAB. IV PENUTUP.............................................................................        18
A.    Kesimpulan .................................................................................        18
B.     Saran ...........................................................................................        18
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................        19





BAB I
PENDAHULUAN
A.       LATAR BELAKANG
 Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan kepada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku ( Haber, 1987 ). Komunikasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, dan komunikasi abstrak (Champbell dan Glasper, 1995 ). Komunikasi terapeutik yaitu hubungan interpersonal dimana perawat– klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien. Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan spesifik, saling membagi pikiran, perasaan dan berorientasi pada masa sekarang (Here and Now), berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan.
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih saying dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam praktek keperawatan istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien sehingga komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung pada proses komunikasi (Stuart dan Sundeen, 1987)
Upaya kesehatan anak dan remaja bertujuan untuk turut menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional dan sosial yang optimal dari anak dan remaja. Kelompok usia anak dan remaja merupakan kelompok yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat, oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan pembinaan yang khusus.
Dalam memberikan pelayanan yang optimal pada anak dan remaja menjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dengan anak dan remaja adalah salah satu factor yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Anak dan remaja adalah fase tumbuh kembang yang krusial dalam pembentukan identitas anak di fase berikutnya, untuk itu maka mekanisme pelayanan perawat terhadap anak dan remaja sepatutnya dilandasi pula dengan hubungan terapeutik yang berkualitas sesuai dengan tahapan usianya.
Keperawatan sebagai bagian integral dari sistem kesehatan di Indonesia turut menentukan dalam menanggulangi masalah kesehatan anak dan remaja. Perawat merupakan kelompok mayoritas tenaga kesehatan dan mempunyai kesempatan 24 jam dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan langsung maupun tak langsung kepada anak dan remaja dalam tiap tatanan pelayanan pada masyarakat. Kontribusi keperawatan akan maksimal apabila perawat menggunakan metode penyelesaian masalah yang disebut dengan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak & remaja serta keluarganya.

B.        TUJUAN
Tujuan dilakukan observasi ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai tahapan komunikasi terapeutik yang benar dan masalalah-masalah komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan di pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit.

C.  SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini tersusun berdasarkan bahasa EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Makalah ini terdiri atas 4 Bab yaitu : Bab I. Pendahuluan, Bab II. Tinjauan Pustaka, Bab III. Hasil Observasi dan Bab IV Penutup. Referensi makalah ini terdapat dalam tiga sumber yaitu buku, kuliah pakar dan internet.

D.    RUMUSAN MASALAH
Komunikasi merupakan komponen yang penting dalam keperawatan. Perawat perlu menjaga hubungan kerjasama yang baik dengan pasien, peran komunikasi sangat dibutuhkan untuk menciptakan hubungan yang baik antara perawat dengan pasien. dalam memberikan asuhan keperawatan komunikasi yang dilakukan perawat dengan pasien bukanlah komunikasi sosial biasa, melainkan komunikasi yang bersifat terapi. Komunikasi seperti itu disebut juga dengan komunikasi terapeutik yang merupakan komunikasi antara perawat dengan pasien yang dilakukan secara sadar, selain itu bertujuan untuk kesembuhan pasien.
Dari kasus ini kami ingin mengetahui apakah perawat telah menggunakan komunikasi terapeutik dengan benar dan bagaimana teknik atau cara yang digunakan perawat dalam berkomunikasi terapeutik dengan pasien di bangsal atau ruang anak Rumah Sakit Ulin Banjarmasin?










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.                  Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu bentuk upaya diantara dua orang individu maupunn lebih guna menciptakan kebersamaan. Menurut bebrapa pakar, apabila komunikasi diletakkan sebagai kata kerja, maka akan memiliki beberapa bentuk kandungan makna, yaitu sebagai berikut:
1.      Guna bertukar pikiran, perasaan, dan informasi
2.      Guna bertukar informasi sehingga saling tahu
3.      Menciptakan kesamaan
4.      Menciptkan sebuah hubungan simpatik
(Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional, 2013)

Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pertukaran informasi dan memengaruhi orang lain.
Dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart G.W. 1998)
(Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, 2011)

2.      Pengertian Komunikasi Terapeutik
 Komunikasi terapeutik mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
Kemampuan perawat berkomunikasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain adalah hal yang mendasar bagi penyelenggaraan proses keperawatan, sehingga dalam menjalankan tugasnya perawat tidak pernah lepas dari proses komunikasi, baik antar tim medis yang lain dan antara perawat dan klien yang sering digunakan yaitu komunikasi terapeutik.
·                     Northouse (1998) “komunikasi Terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguna psikologis, belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain”
·                     Stuart GW (1998) “Komunikasi terapeutik  merupakan hubungan  interpersonal antara perawat dan klien, dlm hub ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dlm rangka memperbaiki pengalaman emosional  klien”
Adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pd klien, namun direncanakan dan dipimpin oleh seorang profesional.
Terapeutik = seni dari penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005)
Terapeutik = segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan.
Kesimpulan : Komunikasi Terapeutik adalah  “komunikasi yang dilakukan atau dirancang oleh perawat atau seorang penolong (helper) yang profesional untuk tujuan terapi dan membantu proses penyembuhan klien”
(Kuliah Pakar Ibu Rida’ Millati,S.Kep, Ns)

3.      Tujuan Komunikasi Terapeutik
 Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yg direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. (Northouse, 1998).
Komunikasi Terapeutik bertujuan untuk mengembangkan  pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien, meliputi:
Pertama, realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan klien.
Kedua, kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superficial dan saling tergantung dengan orang lain.
Ketiga, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. ”individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi”.
Keempat, rasa identitas personal yang jelas dapat meningkatan integritas diri.
(Kuliah Pakar Ibu Rida’ Millati,S.Kep, Ns)

4.      Tahap – tahap Komunikasi Terapeutik
o   Tahap persiapan atau tahap pra-interaksi,
o   Tahap perkenalan atau orientasi,
o   Tahap kerja dan
o   Tahap terminasi

1.                  Tahap Persiapan atau Tahap Pra-Interaksi,
Dalam tahapan ini perawat:
o   Menggali perasaan dan menilik dirinya
o   Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya.
o   Mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya.
Tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin
dirasakan oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik
dengan klien.
Pentingnya perawat mengatasi kecemasan !!!
a.       Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005).
b.      kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara.
c.       tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dengan baik .
Tugas perawat dalam tahap pra-interaksi
a)         Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan.
b)         Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
c)         Mengumpulkan data tentang klien.
d)        Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2.      Tahap Perkenalan
·         Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan.
·         Tujuan tahap ini adalah
a.       Memvalidasi keakuratan data dan
b.      Memvalidasi rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta
c.       Mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu
Tugas perawat dalam tahap perkenalan
a)      Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka.
b)      Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c)      Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
d)     Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien.
3.      Tahap Kerja
a.          Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,G.W,1998).
b.         Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik.
c.          Pada Tahap ini perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya.
d.         Kemudian Menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
e.          Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
f.          perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.
g.         Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama.
Bagaimana jika tidak disimpulkan?
·         Dapat terjadi ketidaksamaan persepsi terhadap masalah antara perawat dan klien
·         Penyelesaian masalah tidak terarah
·         Hasil yang tidak relevan dengan harapan
·         Masalah klien menjadi tidak terselesaikan
4.      Tahap Terminasi
a.         Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.
b.         Tahap terminasi dibagi dua yaitu
o  Terminasi sementara : akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama. dan
o  Sedangkan terminasi akhir : dilakukan oleh perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan
Tugas perawat dalam tahap terminasi
1.         Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
a.          Meminta klien untuk menyimpulkan  tentang apa yang telah didiskusikan, mrp suatu yang sangat berguna pada tahap terminasi
b.         Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh berkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan
2.         Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3.         Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
a.          Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan selanjutnya.
b.         Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan berikutnya
4.         Membuat kontrak
a.          Kontrak ini penting dibuat agar terdapat kesepakatan antar perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya.
b.         Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.


5.      Komunikasi Terapeutik Anak
1.         Komunikasi Dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
a.      Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada umumnya dapat dilakukan dengan melalui gerakan-gerakan bayi yang merupakan alat komunikasi yang efektif. Perkembangan komunikasi pada bayi dimulai dengan kemampuan bayi melihat benda-benda yang menarik, biasanya pada minggu ke delapan. pada minggu kedua belas bayi dapat tersenyum. pada usia 16 minggu bayi dapat menoleh kea rah suara yang asing baginya. Pada pertengahan tahun bayi dapat mengucapkan kat-kata awal seperti ba-ba, da-da dan lain-lain. pada bulan ke sepuluh bayi dapat berespon saat dipanggil namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, dan pada akhir tahun pertama dapat mengatakan kata-kata yang spesifik sekitar dua atau tiga kata.
Selain komunikasi di atas, komunikasi yang efektif menggunakan komunikasi nonverbal sepertimengusap, menggendong, memangku dan lain-lain.

b.      Usia Toddler dan Prasekolah (1-2,5 th, 2,5-5 tahun)
Pada tahun pertama anak sudah mampu memahami sekitar sepuluh kat. pada tahun kedua memahami sekitar 200-300 kata. Pada usia 3 tahun, anak sudah mampu menguasai skitar 900 kata. Komunikasi pada usia ini bersifat egosentris, rasa ingin tahu dan inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa meningkat, mudah merasa kecewa dan merasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut trhadap ketidaktahuan, dan perlu diingat pada usia ini anak masih belum fasih berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini, cara berkomunikasi yang dilakukan adalah dengan memberitahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan untuk menyentuh alat pemeriksaan yang digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hidarkan sikap mendesak sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktifitas saat komunikasi, memberikan mainan saat berkomunikasi dengan maksud anak mudah diajak berkomunikasi, mengatur jarak saat berkomunikasi, adanya kesadaran diri di mana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara nonverbal kita selalu memberikan dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa persetujuannya, salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan rasa cemas. Menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak saat komunikasi.
c.       Usia Sekolah (5-11 tahun)
Dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan anak mencerminkan fikiran anak dan kemampuan anak untuk membaca di sini sudah dapat dimulai. Pada usia delapan tahun anak sudah dapat membaca dan sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui. pada usia ini keingintahuan pada aspek fusngsional dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
d.      Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan rasa malu, pada usia ini anak sering kali merenung kehidupan masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola fikir mulai menunjukkan kea rah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah dengan berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

2.      Cara Komunikasi dengan Anak
Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak antara lain:
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara komunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dan melibatkan orang tua yang duduk di sampingnya
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang ingin disampaikan kepada anak akan mudah diterima, tetapi cerita yang disamapikan hendaknya sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan dan gambar.
3. Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan tetapi anak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negative yang menunjukkan kesan yang jelek buat anak.
4. Biblioterapi
Dengan pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku yang sesuai dengan pesan yang disampaikan.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Hal ini penting untuk mengetahui keluhan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan fikiran pada saat itu
6. Pilihan pro dan Kontra
Penting untuk menentukan atau mengetahui perasaan dan fikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negative sesuai pendapat anak
7. Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak, seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan sakitnya
8. Menulis
Melalui ini anak mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Dilakukan jika anak sudah mempunyai kemampuan untuk menulis.
9. menggambar
Seperti halnya menulis, dapat digunakan untuk mengekspresikan, perasaan jengkel marah bisanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
10. Bermain
sebagai alat yang efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi. Melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang sekitarnya dapat terjalin dan pesan-pesan dapat disampaikan.
(Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional, 2013)
                 
3.   Cara Komunikasi dengan Orang Tua
·         Anjurkan orang tua untuk berbicara
·         Arahkan ke Fokus
·         Mendengarkan
·         Diam
·         Empati
·         Meyakinkan kembali
·         Merumuskan kembali
·         Memberi petunjuk kemungkinan apa yang terjadi
·         Menghindari hambatan dalam komunikasi
(Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional, 2013)
BAB III
HASIL OBSERVASI

A.    MASALAH YANG DITEMUKAN
            Setelah kami melakukan observasi di lapangan yaitu di Rumah Sakit Ulin di ruang Sedap Malam (Ruang Anak) dengan subjek anak A umur sekitar 3-4 tahun, kami menemukan beberapa masalah komunikasi terapeutik antara perawat kepada pasien maupun keluarga pasien saat pemberian injeksi. Masalah-masalah yang kami dapatkan adalah:
1.      Perawat tidak menyampaikan kontrak (waktu, tempat, tujuan)
2.      Perawat tidak menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah pasien
3.      Perawat tidak menjelaskan tujuan kerjanya
4.      Perawat tidak melakukan komunikasi langsung secara intensif kepada pasien anak, hanya kepada orang tua anak

B.           ANALISIS MASALAH
Mengaitkan dengan teori komunikasi yang sudah didapatkan sebelumnya dan dengan belajar mandiri untuk mendapatkan teori lainnya, dengan itu kami akan membandingkan masalah yang kami temukan dengan teori komunikasi yang didapatkan tersebut.

1.      Perawat Tidak Menyampaikan Kontrak (Waktu, Tempat dan Tujuan)
            Pada tahap kedua komunikasi terapeutik adalah tahap perkenalan atau tahap orientasi. Dari hasil pengamatan kami, komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat tidak sesuai dengan teori yang kami dapatkan, seharusnya pada tahap ini perawat memiliki tugas salah satunya yaitu merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik pembicaraan) bersama-sama dengan klien. (Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional, 2013). Sebenarnya merumuskan kontrak juga terdapat pada tahap terminasi atau perpisahan dimana perawat merumuskan kontrak untuk pertemuan berikutnya. Sedangkan pada tahap orientasi, kontrak digunakan untuk tahap komunikasi terapeutik yang akan dilaksanakan selanjutnya. Pada tahap ini perawat juga tidak  mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama. Merumuskan kontrak sangat penting dilakukan perawat karena merumuskan kontrak ini bertujuan untuk memvalidasi rencana yang telah  perawat buat maupun rencana yang akan dilaksanakan. Hal ini juga membantu perawat dalam membangun kepercayaan pasien terhadap perawat.

2.      Perawat Tidak Menggali Pikiran dan Perasaan serta Mengidentifikasi Masalah Pasien
Tugas lain yang perawat lewatkan dalam komunikasi terapeutik adalah perawat tidak menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah pasien. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang kami dapatkan Biasanya tugas perawat menggali pikiran dan perasaan pasien ini dilakukan pada tahap orientasi yaitu mengevaluasi keadaan pasien. Pada tahap ini digunakan kalimat-kalimat seperti ,”Bagaimana perasaan Tuti hari ini”, atau ,”Coba ceritakan perasaan Tuti hari ini”. “Adakah hal yang terjadi selama kita tidak bertemu? Coba ceritakan,” (Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, 2011). Kalimat-kalimat tersebut maupun kalimat lain yang sejenis tidak kami temukan pada pengamatan kami. Padahal kalimat-kalimat tersebut akan memberikan efek penyembuhan pada pasien. Pada kasus ini, perawat seharusnya menggunakan teknik komunikasi terhadap anak yaitu meminta untuk menyebutkan keinginan, hal ini penting untuk mengetahui keluhan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan fikiran pada saat itu. (Panduan Komunikasi Efektif Keperawatan Profesional, 2013). Jadi secara tidak langsung perawat dapat mengetahui pikiran dan perasaan pasien tersebut sehingga perawat dapat mengidentifikasi masalah apa yang pasien alami. Hal ini dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan keinginannya.

3.      Perawat Tidak Menjelaskan Tujuan Kerja
            Pada pengamatan kami di lapangan, perawat tidak menjelaskan tujuan kerja atau tujuan interaksinya kepada pasien, ini bertolak belakang dengan teori yang kami dapatkan, yaitu pada tahap perkenalan, salah satu tugas perawat adalah merumuskan tujuan interaksi dengan klien. Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik antara perawat dan klien. (Kuliah Pakar Ibu Rida’ Millati,S.Kep, Ns). Dari buku Fundamental Keperawatan, 2005, perawat dapat menunjukan keinginan untuk membantu dengan menjelaskan tindakan yang diambil dan menunjukan perawatan dengan baik. Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perawat menggunakan bahasa yang langsung dan sederhana. Perawat harus jujur kepada anak-anak. Membohongi anak-anak dengan mengatakan bahwa prosedur yang menyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan, perawat harus selalu dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Artinya pada tahap ini menjelaskan tujuan kerja atau interaksi sangat di perlukan agar pasien merasa lebih percaya diri dan mengetahui perawatan apa yang dia dapatkan dan memastikan kebutuhannya untuk kesembuhan segera terpenuhi.

4.      Perawat Tidak Melakukan Komunikasi Secara Intensif Kepada Pasien (Anak), Hanya Kepada Orang Tua Pasien
Dari semua tahapan komunikasi terapeutik, kami mengamati bahwa secara umum perawat terkesan menghindari komunikasi dengan pasien secara langsung. Dalam menggali informasi-informasi tentang perkembangan pasien, perawat mengobservasi dan bertanya kepada orang tua pasien namun tidak kepada pasien langsung, memang sebenarnya penting menggali informasi kepada pihak ketiga yaitu orang tua pasien, karena kontak antara orang tua dengan anak umumnya akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan sebagai dapat diandalkan. (Fundamental Keperawatan, 2005). Tapi pada tahap-tahap lain, perawat mengidahkan komunikasi terapeutik kepada pasien, misalnya pada tahap kerja, perawat melakukan tindakan injeksi kepada pasien, namun hanya sedikit komunikasi yang terjadi antara perawat dengan pasien, padahal tindakan-tindakan yang bersifat invasif beresiko menimbulkan trauma pada anak. (http://pustaka.unpad.ac.id/archives/124544/, 17 Januari 2014). Jadi perawat seharusnya juga lebih berkomunikasi dengan pasien disamping berkomunikasi dengan orang tua. Seperti teori yang kami dapat bahwa dalam asuhan keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart G.W. 1998). Selain itu cara komunikasi terapeutik yang perawat lakukan saat menghadapi pasien anak seperti
posisi badan, jarak interaksi, kontak mata, nada suara saat berbicara, sentuhan, dan pengalihan aktivitas dapat membuat pasien anak merasa nyaman dan aman akan keberadaan perawat. 







BAB IV
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Komunikasi merupakan salah satu bentuk upaya diantara dua orang individu maupunn lebih guna menciptakan kebersamaan. Komunikasi terapeutik mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Tahap – tahap komunikasi terapeutik yaitu: tahap persiapan atau tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan Tahap terminasi.
B.     Saran
1.      Sebaiknya institusi kesehatan lebih banyak melakukan evaluasi secara rutin terhadap penerapan komunikasi yang dilakukan perawatnya terhadap pasien guna menghindari penurunan kualitas teknik komunikasi yang sudah diterapkan di rumah sakit.
2.      Sebaiknya perawat sebagai bagian integral dari kesehatan yang mempunyai kesempatan 24 jam dalam memberikan pelayanan/asuhan keperawatan langsung maupun tak langsung kepada pasien memberikan kontribusi kepada kesembuhan pasien dengan memberikan komunikasi terapeutik sesuai tahapan yang benar.












DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry .2005. fundamental Keperawatan ed. 4 vol 1. Jakarta:EGC.
Zen Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif Untuk Bekal Keperawatan Professional. Jogjakarta: D-Medika.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Ed. 17. Jakarta: EGC.
Anna Budi dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Rida’ Millati. 2014. Kuliah Pakar Komunikasi Terapeutik.

Putri, Ilya. 2011. Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Pasien Anak dan Orangtua dalam http://eprints.undip.ac.id/28341/1. 17 Januari 2014.
Juwita. 2012. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Pada Anak Usia Toddler Pada Saat Tindakan Invasif dalam http://pustaka.unpad.ac.id/archives/124544/. 17 Januari 2014.