Minggu, 17 Juni 2012

Cerpen Tiga Sekutu Setan

Posted by Khoirul Zed | 19.20 Categories: , ,
Tiga Sekutu Setan
Cerpen Muhidin M Dahlan

KAU orang muda Jawa-Arab yang pergi ke tanah haram. Mungkin mengikuti jejak spiritualitas para nabi. Atau berharap mendapatkan barakah kesempurnaan hidup dan kecemerlangan pandangan jiwa dalam menangkap lenggak-lenggok kehidupan. Seperti para nabi. Seperti orang-orang suci yang pernah lahir dan tertempa di sana. Kau ingin mengikuti jalan mereka.

Dan sepuluh tahun sudah. Ya, genap sepuluh tahun kau belajar kepada syekh itu atas rekomendasi syekh ini. Sebuah pola pemberian ajar berantai panjang khas tanah haram. Pelbagai ajaran kau timba. Segala cerita perjalanan sang abid kala safar di jalan-Nya telah kaudengarkan. Dan pelbagai pengalaman telah kau cerap dalam lakumu.
Dan kini, sesuai niat dan janji dan perjanjian pada para wali sepuh di tanah kelahiranmu, yakni belajar 10 tahun, kau pun akhirnya memutuskan untuk bersegera pulang. Meninggalkan gurun dengan angin Sahara yang ganas itu. Ah, betapa tak banyak yang tak tahu hakikat sahara itu. Juga mungkin kau salah satunya, walau kau telah menggali sedalam-dalamnya pengetahuan di balik lipatan pasir-pasir ini selama satu dasawarsa menurut perhitungan Masehi. Bahwa Sahara yang begitu sederhana, padat, tanpa ornamen sedikit pun itu terselip gugusan kekosongan dan kehampaan. Juga kemurnian dan kesucian. Mirip Atlantis dan Shangri-La. Di tanah inilah lahir dan membiak orang-orang suci yang mendaraskan dan mengubah wajah padang pasir yang begitu sengat, luas, hampa, dan bisu, menjadi sepenuhnya wajah Allah, cermin keterhempasan dalam kemegahan. Dalam kesunyiannya yang menciutkan nyali itu, seorang insan dilenyapkan dan sekaligus dihadirkan. Setiap insan ditunjuk -atau tepatnya dipaksa- untuk hidup dalam sikap berjuang. Bukan usaha menaklukkan, melainkan bertahan melintasi nasib Sahara untuk mendapatkan oase-oase kedamaian. Gurunlah membuat penghuninya ramah-ramah yang kemudian melahirkan ribuan kuplet kisah, pengalaman-pengalaman spiritual, dan kerendahan hati, sekaligus sikap teguh diri dan insan-insan yang hidup sederhana.

Di tengah jalan pulang menuju dermaga kau berpapasan dengan seorang lelaki. Ia menghampirimu. Tubuhnya dibaluti jubah putih yang tak lagi baru karena telah disikat usia. Demikian juga kepalanya. Terbalut rapat oleh balutan kain. Kulit wajahnya legam disepuh oleh panasnya matahari dan disergap bara pasir-pasir yang berkilat-kilat seperti hamburan ngengat butir kristal.

Kau sedikit gugup atas kedatangannya. Namun kegugupan itu kau sembunyikan rapat-rapat. Ia tersenyum. Mungkin itu senyuman manis. Dan kau membalasnya juga dengan senyuman. Tak kalah manisnya.
Kau tanya siapa ia. Ia hanya tersenyum. Kau ulangi pertanyaan serupa. Ia tersenyum lagi. Setelah tiga kali kau mengulangi pertanyaan yang serupa, ia kemudian membuka suara. Suaranya tampak berat dan seperti suara seorang pewejang di atas mimbar khotbah. Anggapmu begitu.

Ia memperkenalkan diri. Pelan dan tertata ia merangkai setiap patahan kata kalimat. Seperti diatur rapi.
"Aku bukan dari tanah ini, tuan. Aku orang jauh. Sisa keturunan Hamor yang dibantai oleh keturunan Yakoov."
Kau terkejut. Coba meminta konfirmasi. "Maksud tuan, ah, maksudku apakah Nabi Yakub yang tuan maksudkan?"
"Ya, ya," jawabnya. Matanya menatap matamu. Kalian beradu mata.
"Tuan, bagaimana mungkin itu terjadi. Tidak mungkin seorang nabi bisa membantai orang. Mereka adalah orang terpilih dan memiliki pengecapan cinta yang tak ada bandingnya. Hati mereka telah dijagai oleh Allah. Terlindunglah mereka dari segala angkara dan perbuatan-perbuatan jahili," kau coba mempertahankan dasar cerita yang pernah kaudengarkan. Sekuatnya kuda-kuda pengaman kau pasang di sepasang pacak kakimu. Apalagi di hadapan orang asing seperti yang ada di depanmu saat ini.

"Tapi aku punya cerita lain tentang hakikat kesucian. Ya, kalau mengingat cerita itu lagi, ah... ah...."
Kau melihat ia agak terguncang dengan ingatan kesilamannya. Terlihat dari raut wajahnya yang tiba-tiba saja bermendung. Tampak ada tekanan mahaberat yang sudah berbiak lama dalam pusat golak hidupnya.

"Cerita apa yang telah membuat tuan begitu tertekan. Tampaknya cerita itu tajam sekali menusuk uluhati tuan."
"Ya, ya, sebuah cerita. Sebuah pengalaman yang menusuk. Benar kata tuan, tajamnya menusuk-nusuk uluhati. Tapi, tapi, oh, jangan di sini. Di sana. Ya, di sana. Mari kita duduk di sana. Di bawah danau itu. Angin Sahara sebentar lagi akan berhembus kencang."

Kau bertanya-tanya dalam hati sambil madah saja mengikuti ajakannya. Kalian menuju sebuah kayu panjang di depan dangau. Mungkin disiapkan bagi pengembara yang ingin menyanggrah sejenak melepas penat atau tempat perhentian ketika badai pasir menghajar perjalanan.
Kau mengambil tempat di ujung kayu sambil punggungmu kausandarkan di sebuah bilah. Mungkin pelepah kurma. Sementara ia duduk di depanmu sambil tangannya mendongakkan dagu. Terlihat seperti berpikir. Tak lama kemudian ia membuka cerita kepadamu. Cerita yang ia janjikan tadi. Cerita tentang Nabi Yakub dan keluarganya. Cerita yang sebetulnya biasa karena sudah seringnya kaudengarkan di surau. Bahkan sejak kau mengenal huruf hijaiyah.
Lalu apa istimewanya kisah yang diwejangkan sosok asing yang mencegatmu di tengah perjalanan pulang ini?
Alkisah Dina berkunjung ke negeri yang diperintah Hamor. Syahdan, putra Hamor, Shekkem namanya, melihat gadis ini dan hati anak muda itu tergerak. Disergapnya Dina, dan diperkosanya gadis itu.
Tapi apa hendak dikata: Shekkem ternyata tidak hanya melampiaskan napas. Tapi ia jatuh cinta. Kepada Dina ia sampaikan kata-katanya yang menghibur dan tulus. Kepada ayahnya sendiri Shekkem berkata: "Aku ingin menjadikan perempuan ini istriku."
Maka Hamor pun datang ke orangtua Dina, Yakoov. Ia meminang. "Mari kita bentuk perseku tuan perkawinan: tuan berikan putri tuan, dan kami berikan putra kami, dan kita selesaikan persoalan kita."
Namun perdamaian tak terjadi dan persoalan tidak tuntas. Putra-putra Yakoov masih merasa marah bahwa Shekkem telah menggagahi adik perempuan mereka. Inilah jawaban mereka kepada Yakoov: "Kami tak bisa memberikan adik kami kepada kaum yang belum disunat."
Dan mereka pun memberi syarat, dan dengan itulah mereka mengatur akal. Lamaran Hamor dan Shekkam akan diterima jika semua laki-laki di negeri itu memotong kulup kelaminnya -sebagaimana diwajibkan bagi orang-orang Yahudi-.
Syarat itu diterima oleh Hamor dan anaknya dengan senang hati. Maka segera saja semua laki-laki di tanah yang diperintah Hamor pun disunat. Tetapi pada hari ketiga -ketika orang-orang itu masih menanggungkan rasa sakit di ujung kemaluan mereka- dua orang putra Yakoov menyiapkan sesuatu yang tak disangka-sangka. Dengan pedang terhunus, mereka memasuki kota. Mereka temui tiap lelaki kota itu yang sedang dalam keadaan tak berdaya itu. Mereka bunuh. Lalu tak lama kemudian anak-anak Yakub yang lain menyerbu. Mereka menjarah kota itu. Domba, lembu, keledai semua yang ada di rumah, juga anak-anak dan para istri, disita.

Kau mengernyitkan dahi atas sepotong kisah mengerikan itu. Nabi Yakub, sekejam itukah? Disebabkan heran dan seperti tak mau terima kau bertanya, "Untuk apa semua itu tuan ceritakan kepadaku? Jangan jangan kau, kau.... kau... meng...."
"Maksud tuan, aku mengarang-ngarang cerita, begitu? Oh, sungguh cerita kekejaman keluarga Yakub itu menghantui kehidupanku dan orang-orang Hamor. Tapi... tapi, terserah kaulah tuan, percaya atau tidak. Percaya silakan. Tidak juga tak apa."
"Maaf, maaf, bukan aku ingin menyakitimu. Tapi untuk apa tuan menceritakan kisah itu kepadaku. Apa manfaatnya?"
"Agar tuan tahu bahwa kesucian pun adalah tipuan." Kau tahu ia hanya mengulang kalimat pertamanya. Seperti menegaskan sesuatu.
Dan kau mengulangi lagi sikapmu. Terbingung-bingung kau bertanya pada diri sendiri. "Sasmita apalagi yang menghadang pengembaraan menuju pintu pulang ini setelah bertahun-tahun ilmu kutimba dan kuukur-ukur?"
"Pernahkah tuan mendengar apa kata Syekh Al-Warraq?"
"Hmmm, jujur aku belum pernah mendengarnya. Tentang namanya, aku sudah mendengarnya karena Syekh tempatku berguru selalu menyebut-nyebut namanya. Tentang apa tuan?"
"Tentang ketaksucian yang bermata di mana-mana."
"Ho-oh. Aih, kalau tak keberatan, sudilah tuan tunjukkan mata-mata yang macam-macam itu," katamu meminta penjelasan.
Dan ia menunjukkan warisan mutiara kebijaksanaan Syekh Al-Warraq itu kepadamu:
Manusia terbagi dalam tiga kelompok: ulama (cendekia), umara (penguasa), dan fuqara (sufi). Korupsi para ulama itu melalui ketidakpedulian. Korupsi para penguasa melalui ketidakadilan. Dan korupsi kaum sufi adalah kemunafikan.
Kau tersentak. Sebentar tercenung. Kata-kata yang barusan meluncur seperti mencambukmu. Kata-kata yang masih asing di indra dengarmu. Khususnya kalimat yang terakhir. Kalau yang pertama dan kedua, walaupun tidak sama persis seperti yang kau dengarkan, tapi masih lumrah. Tapi yang ketiga itu? Sufi? Bukankah mereka adalah manusia suci pilihan?
Tanpa mengindahkan kau yang sedang berada dalam simpang teka-teki, dengan tenang ia berkata bahwa ketiga sosok itu adalah sekutu setan.
"Aku tahu tuan orang terpelajar. Pekerja keras. Abid yang tekun dan sabar. Tapi hati-hatilah, jangan sampai tuan jadi sekutu setan. Abdinya."
"Aku? Abdinya?"
Ia bilang ia tak menuduhmu. Hanya memperingatkan agar jangan sampai terperangkap dalam jaringan kerja setan. Menjadi teman dan sekutunya.
"Sudah kuingatkan ancaman itu. Penguasa tanpa pengetahuan, ulama tanpa budi, seorang sufi dengan keimanan buta. Kebusukan dunia terletak di pundak orang-orang itu. Seorang penguasa tidak menjadi korup hingga mereka berpaling dari para ulama, dan ulama tidak menjadi korup hingga mereka bergaul dengan penguasa, dan sufi tidak menjadi korup hingga mereka mencari pamer, dan ketamakan ulama karena keinginan akan kesalihan, dan kemunafikan sufi karena keinginan percaya kepada Allah. Tlah kuingatkan. Hati-hati!’’
Setelah berkata demikian, lelaki itu kemudian pamit lalu. Tanpa menengok sedikit pun. Dari belakang kau melihat langkahnya begitu mantap. Sesekali terantuk. Sesekali berusaha sekuat tenaga mencabut tapak kakinya yang terendam pasir. Angin berhembus kencang mengangkat ribuan butir pasir ke udara bersama hilangnya lelaki itu dari pandangan matamu.
Lama kau berdiri di situ sebelum memutuskan untuk berjalan ke arah sebaliknya. Kau menurunkan kain ke wajahmu untuk mencegah butiran pasir menggasak muka dan matamu. Kau berjalan lambat melintasi lumpur pasir sahara yang menanam langkah-langkahmu. Kau sedang menuju dermaga. Menaiki kapal-kapal dagang yang menuju daratan tenggara. Jawa! ***

*) Muhidin M Dahlan, lahir di Sulawesi Tengah. Bukunya Trilogi Mencari Cinta; Tuhan, Izinkan Aku menjadi Pelacur!; dan Aku, Buku, dan Sepotong Sajak Cinta (ketiganya diterbitkan pada 2003). Saat ini menjadi perangkai bunga di RumahBunga, Yogyakarta.

Rabu, 13 Juni 2012

7 cara menjadi istri dambaan suami

Posted by Khoirul Zed | 13.32 Categories: , ,

7cara menjadi istri dambaan suami
1.    Istri yang cerdik
Dengan arti kata bukan cerdik dari sudut akademik, gulungan ijazah bukanlah kejayaan yang prlu anda tonjolkan untuk menjadi istri dambaan suami,  istri yang cerdik akan benar-benar mengenali siapakah suaminya, tau bagai mana mengambil hati suami di waktu sedih, pandai mengangkat suami di pandangan orang lain,   tidak hanya merajuk untuk mengambil perhatian dari suami, wahai istri-istri, ssebenarnya anda mampu melakukan ini,
2.    ‘asistan’ dalam mengurus kwngan keluarga
Jangan menjadi istri yang hobynya shopping, anda sebenarnya mula memeningkan suami, lebih-lebih lagi bajet kewngan suami anda adalah di luar kemampuanya, sebagia istri adalah yang menjadi pembantu dal;am perancangan ekonomi keluarga, anda mungkin membantu jika anda bekerja. . tetapi bagaiman jika  anda suri rumah ssepenuh masa, ? jika anda tidak berkemampuan untuk membantu meningkatkan ekkonomi keluarga , biarlah sekurang-kurangnya menjadi pengurus yang bijak terhadap bajet bulanan yang di berikan oleh suami anda.
3.    Manager dalam segala hal
Suami di beri kuasa dalam memimpin karena suami lebih rasional dalam mengambil sebuah keputusan . tetapi tidak dapat mengurus semua perkara tanpa adanya istri, maka andalah wahai istri-istri, yang perlu menjadi ‘manager ‘ makan pakai suami, anak-anak, kebersihan rumahtangga, pembelanjaan rumah dan perkara-perkara kecilyang di perlukan dalam kehidupan berkeluarga tidak akan dapat vdi uruskan tanpa bantuan istri, anda perlu pula memahami hakikat ini , karena sekiranya anda mampu menguruskan semuanya dengan cekap dan baik maka sudah pasti apabila suami anda pulang dari bekjerja. Bewliau akan member4ikan senyuman yang sempurna  karena menghrgai anda.
4.    Selalu di belakanng suami
Ramai istri mengharapkan suami berada selalu berada di samping mereka, tetapi mereka lupa bahwa ramai suami istri lari dari istri karena istri mereka tidak pernah berada di belakang mereka, seorang istri perlu menjadi penenang kepada suami , berikan suami kata-kata semangat dan pelukan disaat emosi mereka jatuh, sekiranya anda mamnpu berbuat demikian , percayalah bahwa tidak akan ada wanita lain di mata suami anda, berikan sokongan ataupun galakan  walaupun mungkin ada perbedaan pada minat dan hobi anda berdua.
5.    Menjaga perut suami dan anak
Yang ini seharusnya seorang istri tidak dapat tidak mesti tau memasak, bahkan kalaumelakukan kasih sayank lebih dari suami kena tahhu masakan kegemaran suami . walaupun masakan anda tidak ssehebat masakan cbhef, tetapi tetapi hakikatnya suami tetap mahukan air tangan istrinya  dalam menyediakan makanan, tangan seoranng istri tentu bukan  sahaja menyediaka n yang terbaik dalam menu untuk


keluarganya , tetapi juga sudah pasti istri yang hebat akan berdo’a untuk ssetiap menyediakan makan dan minum suaminya.
6.    Pandai jaga diori
Istri perlu pandai jaga diri dan famili, maklum;lah , mungkin ada ketikanya suami “ out station’ karena berkursus atau , atas urusa kerja yang lain maka tentu istri yanng pandai jaga diri. Dan famili, akan memberikan kelegaan di hati suami.
7.    Menjaga keluarga mertua
Tidak dapat tidak untuk menjadi istri dambaan suami , jangan hanya menyayangi suami anda, akan bahagia, anda perlu menjaga hati semua ahli keluarga sebelah suami anda, percayalah anda benar-benar menjadi dambaan suami apabila anda mengambil berat tentang sakit demam mertua anda. Anda menjaga mertua nada seperti ibbu kandung sendiri .  karena itu semua akan membuatkan suami ada rasa di hargai dan menerima dirinya dan keluarganya.

Kamis, 07 Juni 2012

Contoh rangkuman buku (Merangkum Isi Buku )

Posted by Khoirul Zed | 20.38 Categories: , ,
A.   IDENTITAS BUKU
Judul                          : Terampil Berbicara untuk Berbagai Keperluan
Pengarang                : Diah Erna Triningsih
Penerbit                    : Intan Pariwara
Halaman                   : 48 halaman ( iv + 44)

B.   JUMLAH BAB: 5 bab
Kata Pengantar
      Keahlian dalam berbicara sangat diperlukan dan keahlian berbicara  dapat diasah. Buku ini menjelaskan teknik dan contoh keterampilan berbicara.

BAB I Berani Berbicara
      Berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Berbicara dapat mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapat orang lain. Berbicara memiliki peranan penting dalam komunikasi.
BAB II Menyampaikan Pesan
A.      Menyampaikan Pesan Dari Telepon
1)    Berbicara Melalui Telepon
a.   Harus menggunakan nada yang santun dan ramah.
b.   Memperhatikan keefektifan saat bertelepon.
2)   Menyampaikan Pesan Dari Telepon
a.      Mengucapkan kata-kata dengan santai.
b.      Menyampaikan pesan apa adanya.
c.       Menyampaikan pesan dengan jelas
d.      Menggunakan behasa yang tepat.
B.      Menyampaikan Pesan Dari Bacaan
1)      Menyampaikan Pesan Dari Media Masa
2)      Menyampaikan Pesan Dari Media Elektronik
BAB III Menanggapi Persoalan
A.      Memahami Persoalan
Persoalan merupakan masalah yang dialami seseorang. Tanggapan merupakan perkataan seseorang terhadap persoalan yang diucapkan orang lain. Sebelum menanggapi persoalan, harus memahami persoalan.
B.      Menanggapi Persoalan


BAB IV Melaporkan Hasil Penamatan, Kunjungan Dan Isi Buku
A.      Melaporkan Hasil Pengamatan Dan Kunjungan
Laporan pengamatan merupakan laporan yang dibuat setelah mengamati sesuatu dan bersifat resmi. Laporan perjalanan merupakan laporan yang dibuat setelah berkunjung ke suatu tempat.
B.      Melaporkan Isi Buku
Laporan buku adalah laporan yang menguraikan identitas beserta isi buku. Laporan ini juga menguraikan kelebihan dan kekurangan buku. Laporan ini di sebut resensi.
BAB V Memuji Dan Mengkritik
                  Sebelum memberikan tanggapan dengan pujian dan alasan yang logis, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)      Menggunakan kata-kata sopan.
2)      Memberikan alasan yang logis.
3)      Tidak memuji atau mengkritik secara berlebihan.
4)      Mencoba memberikan jalan keluar.





TUGAS BAHASA INDONESIA
MERANGKUM ISI BUKU


Untitled-1.jpgTIM PENYUSUN:
MUHAMMAD KHOIRUL ZED
ROHMAT ANDI SETIONO











“Terampil Berbicara untuk Berbagai Keperluan”




SMAN MODEL 1 SATUI
2011-2012